Negaraku Bocor??


Beberapa waktu lalu ,salah satu televisi swasta menyiarkan berita mengenai bocornya pidato Presiden RI. Pidato yang  seharusnya menjadi konsumsi Bapak Presiden dengan sejumlah rekannya, kini menjadi konsumsi publik. Mungkin sebagian orang tidak bermasalah dengan bocornya pidato itu, tapi bisa jadi ada juga yang merasa tersinggung dengan isi pidato tersebut. Entah siapa yang membocorkannya, dan mengaqpa mereka membocorkan pidato tersebut,dan  apa tujuan mereka membocorkannya. Yang pasti dari kejadian ini Presiden RI mesti waspada , bahwa bisa jadi kebocoran ini tidak hanya berupa pidato bahkan untuk hal lainnya pun kemungkinan besar bisa bocor. Sungguh ironi memang, jika hal yang seharusnya menjadi rahasia kini dipublikasikan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, parahnya hal tersebut kemungkinan besar dilakukan oleh orang terdekat .
Kejadian ini mengingatkan saya pada kondisi negara ini. Para pejabat tengah sibuk membenahi diri masing-masing, sehingga tidak menyadari kebocoran-kebocoran yang terjadi disekitarnya. Atau malah menutup mata akan kebocoran-kebocoran tersebut. Tidak hanya pidato Bapak Presiden. Uang rakyat juga telah lama mengalami kebocoran, mulai dari kelas atas hingga kelas bawah selalu saja ada kebocoran bahkan kini diberbagai lini kebocoran itu pasti  ada atau sengaja diadakan. Sekalipun ada orang yang berusaha menambal kebocoran itu, tapi tidak sedikit juga yang berusaha untuk membuka tambalan itu bahkan ada pula yang sengaja membuat kebocoran-kebocoran baru.
Ternyata tidak hanya sampai disitu. Baru-baru ini juga ada pemberitaan hangat, dimana disalah satu lembaga pemasyarakatan menjadi tempat bisnis empuk perdagangan narkoba. Sepertinya pintu keamanan lembaga pemasyarakatan tersebut mengalami kebocoran sehingga para penjual barang haram tersebut mendapatkan celah melalui kebocoran itu. Tak heran jika mereka lebih leluasa untuk keluar masuk menjajakkan barang yang membunuh kreatifitas anak bangsa yang kini sangat meresahkan para orang tua. Sungguh sangat menyedihkan, jika lembaga pemasyarakatan saja tidak mampu untuk mencegah kejahatan yang terjadi dilingkungannya.
Tidak hanya itu, soal-soal Ujian Akhir Nasionalpun juga kerap mengalami kebocoran, seperti yang diberitakan di beberapa TV swasta akhir-akhir ini. Ada dari sejumlah sekolah yang pada saat pelaksanaan ujian, para siswanya terekam dengan leluasa menyonntek, padahal disitu ada pengawas ujian, ah entah menyadari atau memang berusaha tidak menyadari, sehingga sering kali pemberitaan kebocoran soal ini menjadi pemberitaan hangat di berbagai media massa. Tak ayal, saat Ujian Nasional berlangsung aparat kepolisian turut andil dalam mengawasinya. Sperti mengawasi para penjahat yang sewaktu-waktu akan melakukan kejahatan besar.
Tapi beda halnya jika mulut para peniup peluit (whistle blower) yang  bocor. Tentu para penipu rakyat dengan sigap segera menutup kebocoran itu. Tidak tanggung-tanggung, tidak hanya para petugas yang menutupnya, bahkan para penguasa negeri inipun turun tangan dalam menutup kebocoran itu. Tentu mereka khawatir kalau-kalau kebocoran itu merambah ke tempat lain. Mereka takut tidak bisa melindungi diri dari kebocoran itu. Inilah kekompakkan para penguasa negeri ini, untuk urusan korupsi mereka akan saling bahu membahu dan saling tutup menutupi.
 Begiutulah negeri ini, banyak hal yang harusnya dibocorkan tapi ditutup-tutupi, tapi sebaliknya banyak hal yang harus ditutupi malah dibocor-bocorkan. Mereka terlalu serakah dalam memimpin negeri ini. Mereka bicara tentang kepentingan rakyat, padahal menusuk dan menyayat.
Negara ini terlalu banyak ditangani oleh tangan-tangan yang tidak mengerti dengan tugasnya. Mereka hanya bisa bicara tanpa mau memperbaiki, bahkan mereka juga tak segan untuk membuat kerusakan yang baru. Andai kebocoran itu terus saja dibiarkan, maka bisa saja suatu saat kita sudah tidak lagi merasa aman hidup dinegara ini. Negara tempat kita berlindung, kini hampir semua sisinya mengalami kebocoran yang sangat berarti.
Kita perlu pemimpin yang bukan hanya memimpin para pejabat tetapi juga memipin rakyat. Bukan hanya menjadi pengabdi pejabat tetapi juga pengabdi kepada masyarakat. Pemimpin yang memimpin dengan  tanggung jawab, dan tahu betul posisinya sebagai peminmpin. Bukannya pemimpin yang lari dari keadaan disaat rakyatnya menangis karena harga BBM melambung tinggi, atau harga bahan pokok yang menguras saku, pemimpinnya malah sibuk berkunjung kenegara lain disaat  rakyatnya sedang menangis kelaparan. Saat ini banyak orang yang mempertuhankan politik , sehingga segalanya dipolitik termasuk masa depan rakyat yang juga dipolitik. Kita hidup memang tak terlepas dari prilaku berpolitik, tapi jangan menjadikan politik itu sebagai senjata untuk memperkaya diri sementara banyak orang yang tertindas karenanya.


Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: