Kisah Kelam Mira dalam Sebuah Film

Foto : Marsita
Menceritakan permasalahan hidup kepada masyarakat umum tentu bukan perkara mudah, terutama khawatir menimbulkan citra negatif dari masyarakat. Tapi tidak dengan Mirani Mauliza. Perempuan 32 tahun ini tak merasa canggung untuk menceritakan pengalaman hidupnya yang mungkin bagi sebagian orang itu sebuah aib. Dari kecil korban broken home, remaja hidup glamour, dewasa harus dipenjara dan masih lagi divonis sakit leukemia. Semua itu tergambar dalam film berjudul Mira yang kini sedang naik daun.

Mira mengaku senang ketika Film Mira yang terinpirasi dari kisahnya ditonton lebih dari seribu penonton. Dia yakin hal itu tak lepas dari kekuasaan Allah. Baginya, ketika Allah  ingin mengangkat derajat seseorang, tidaklah butuh waktu. Ini juga menjadi kado bagi Allah atas keikhlasannya melewati berbagai ujian. “Saat saya  dicaci dan dihina, saya ikhlas. Bagi saya ini adalah hukuman pada orang berdosa. Saat ini saya berusaha berada di jalan Allah. Allah kasih pula kado seperti ini. Saya senang, semoga tidak menjadikan saya orang yang bangga hati atau sombong,” kata Dirut PT Hazelia Syakura ‘Alma ini.
Bagi Mira – sapaannya, hal tersebut dilakukannya untuk memberikan inspirasi kepada masyarakat, terutama dalam menyerahkan segala permasalahan hidup kepada Allah. Di kegiatan nonton bareng, seminar, dan bedah buku Mustahil Miskin yang berlangsung di Hotel Star Pontianak pada Minggu (10/5), Mira menceritakan bagaimana kisah hidupnya. Mira kecil merupakan korban dari broken home. Saat orang tuanya berpisah, ia menjadi korban penculikan kedua orang tuanya. “Waktu itu saya masih TK. Saat ditanya mau ikut siapa, saya bilang umi. Saya pernah diculik ayah, kemudian diculik lagi sama ibu, sampai polisi bingung karena yang menculik adalah orang tua,” jelasnya.
Menurut dia, perceraian itu terjadi karena sang ayah tidak bisa memberikan fasilitas yang penuh. Ayahnya harus berbagi hati, berbagi rezeki dan berbagi kasih sayang dengan istri pertamanya. “Saat kelas 2 SD, umi memutuskan menikah dengan orang Kalbar. Kami pun pindah ke Kalbar dan saya bersekolah disini,” terang kelahiran Medan ini.
Selama 6 tahun tidak pernah bertemu dengan ayah kandungnya, sang ayah pun berusaha mencarinya. Ketika bertemu, ayahnya berusaha menebus kesalahan karena tidak pernah memberikan nafkah dengan memberikan fasilitas mewah. “Beliau memfasilitasi saya dengan fasilitas mewah, rumah, mobil, supir dan sebagainya. Saya tumbuh menjadi anak yang tahunya serba ada. Saya disekolahkan di tempat anak-anak orang kaya di Medan. Saya aktif di dunia malam, bahkan dijuluki Queen of Ari King-king, sebab saya setiap hari selalu ke club malam tersebut,” ucapnya.
Ia menjadi gadis yang terbiasa dengan alkohol. Meski demikian, ia tak pernah mabuk, walau minum tiga sampai empat gelas. “Saya tak pernah mabok, jadi masih bisa mengantarkan teman-teman pulang. Masa itu, sebelum saya ke club malam, saya  shalat Isya dulu. Saya rajin shalat lima waktu. Kalau tidak mabuk, saya sempatkan shalat tahajud sepulang dari club. Jadi STMJ alias Shalat Terus Maksiat Jalan. Begitulah saya waktu itu. Mungkin karena saya shalatlah,  yang membuat Allah membantu saya dalam menjalani kesulitan,” jelasnya.
Melihat tingkah anaknya ini, membuat sang ibu pusing. Mira pun dijemput dan diajak ke Pekan Baru. Ia sempat menjadi penyiar radio dan PNS. “Saya pernah menjadi PNS, tapi kemudian saya memensiunkan diri. Bukan pensiun dini,” kata Mira yang kini merupakan Owner Butik Hazelia Hijab Syar’i di Jalan Podomoro Pontianak ini.
Tak lagi menjadi PNS, Mira pun bergabung dengan salah satu multi level marketing. Ia pun sukses, telah memiliki ruko, dua mobil dan limpahan uang. Kariernya menanjak naik. Bahkan sang pacar juga dibelikan mobil. Masa itu, ia bagaikan gula dikelilingi semut. Banyak orang menyukainya. “Itulah kesalahan saya, menomorsatukan pacar. Ketika ada masalah, dia orang pertama yang menghilang dari diri saya. Demikian pula orang-orang yang ada disekitar saya. Ketika saya telepon tidak ada yang mengangkat, kecuali satu sahabat terbaik saya,” terangnya.


Bisnis Gagal, Masuk Bui
Merasa belum puas dengan kekayaan yang diraih, Mira menjalankan bisnis pupuk. Hampir 800 juta dana investasi masuk ke dirinya. Namun sayang, 500 jutanya raib dibawa lari rekan bisnisnya. “Meski kehilangan uang ratusan juta, saya masih menutupinya. Saya masih terlihat tajir, hebat. Saya juga terus memberikan investor keuntungan, tapi lebih tepatnya bunga sebab tak ada lagi keuntungan yang bisa saya bagi,” ucapnya.
Dia harus membayar bunga 400 juta setiap bulannya kepada investor dengan cara gali lobang tutup lobang. Pinjam sana, bayar sini. Begitu seterusnya, hingga kemudian ia tidak sanggup. Meski bunga yang dibayarkan telah melebihi uang yang diinvestasikan, tetap saja investor menganggap uangnya belum dikembalikan. “Saya pernah nekat bunuh diri. Meski urat nadi putus, Allah masih beri saya kehidupan. Waktu bunuh diri, saya tulis di kaca menggunakan darah, Umi maafkan Ia, Ia sayang Umi,” bebernya.
Sayangnya, karena tidak memahami hukum, dan memang tidak memiliki kesanggupan membayar utang, ada satu investor yang tidak pernah ia bayarkan walau satu rupiah pun. Investor tersebut kemudian melaporkan hal ini ke polisi, hingga akhirnya ia melewati proses sidang dan dipenjarakan. “Saya dipenjara karena kasus investasi bermasalah. Terkena pasal 378 KUHP kemudian dinaikkan menjadi pasal penipuan. Saya divonis 14 bulan penjara dipotong remisi dan masa tahanan sehingga hanya menjalani 6 bulan saja di penjara,” jelasnya sembari menambahkan bahwa dalam cerita Film Mira, ia dinyatakan bebas. Ini karena mempertimbangkan durasi film yang membuat cerita sedikit berubah. **

----
Dijuluki Motivator
Saya tidak mau disebut motivator. Saya ingin menjadi inspirator. Sebab kalau motivator itu khan tahunya hanya memotivasi, tapi dia tidak pernah mengalaminya.


Eks Narapidana
Mungkin orang berpikir kok saya nekat banget menceritakan bahwa saya eks
narapidana. Saya kembalikan ke niat. Apa yang saya lakukan ini semoga bisa menginspirasi dan menjadi jalan bagi Allah untuk menghapus dosa-dosa saya. Kalau akhirnya orang beranggapan buruk, saya terima. Tapi jika orang bisa terinspirasi dengan cerita saya, ya Alhamdulillah.  Kalau niat awalnya ingin membanggakan diri, kita akan sakit saat orang menghina. Tapi karena niatnya karena Allah, ingin menginspirasi orang yang bermasalah, maka anggapan orang tidak masalah.


Pengalaman di Penjara
Ketika di penjara,  saya harus menjalani masa sulit. Jauh dari keluarga. Suami harus banting tulang mencari biaya hidup buat saya di penjara. Untuk memeluk ibu, saya harus mengeluarkan uang Rp 50 ribu. Saya juga dihina, dicaci dan direndahkan. Anggapan orang khan narapidana itu tidak ada bagus-bagusnya.

Kembali Diuji
Setelah bebas dari penjara, ujian hidup kembali datang. Saya punya utang Rp 1,8 Milyar. Itu bukan karena investasi yang salah, tapi perhitungan bisnis yang salah.
Tanpa saya sadari, sebenarnya saya sudah menjalani hidup dengan teknis yang ada di buku Mustahil Miskin, meskipun waktu itu saya sama sekali tidak tahu tentang teknis tersebut. Saya shalat tepat waktu, saya perbanyak mengaji dan mendekatkan diri dengan Allah. Alhamdulillah, Allah bantu saya menyelesaikan utang itu dalam waktu lima bulan.

Dukungan Keluarga
Alhamdulillah, semua mendukung, termasuk pula suami. Sebelum film ini diangkat ke film, juga pernah diseminarkan. Melalui cerita ini, menjadi cara Allah agar saya bisa bermanfaat bagi banyak orang.

Kehidupan keluarga
Saya bersyukur memiliki suami yang sholeh, anak yang sehat dan cerdas. Memiliki mertua yang mencintai dan peduli, termasuk pula adik-adik ipar. Hidup saya sempurna sekarang. Suami menjadi orang yang terus ada disamping saya. Padahal saya terlibat utang yang banyak. Meski saya mengenal suami tidak lama, kami memutuskan menikah karena kami sama-sama korban patah hati. Saya sungguh  beruntung bisa mendapatkan imam sepertinya. Waktu itu yang meminta saya segera menikah adalah suami baru ibu saya yang sudah seperti ayah saya. Sebulan setelah pernikahan saya yang waktu itu masih nikah siri, ayah saya meninggal.


Vonis Penyakit
Pada masa-masa sulit saya itu, saya divonis menderita leukemia. Menurut dokter,  saya tidak bisa punya anak. Tapi ketika saya ikhlas menjalani semua ujian hidup saya, ketika di sel dan di cek kondisi tubuh saya, alhamdulillah hasilnya negatif. Sekarang saya juga telh memiliki satu orang anak.

12 Mei 2015



Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: