Indra Noviansyah
merupakan pengusaha muda Kalbar yang berhasil dengan bisnis olahan
sampah. Pria yang akrab disapa Novint juga pernah meramaikan dunia perpolitikan
di Kalbar. Meskipun ia gagal terpilih menjadi salah satu anggota DPD RI.
Indra kecil tinggal di kawasan Imam Bonjol di bawah jembatan
tol Sungai Kapuas. Layaknya anak seusia dia, Indra bersama teman-teman sering
mandi di sungai. Ia pun mengikuti teman-temannya mengumpulkan botol plastik
bekas. “ Awalnya saya heran, kenapa teman-teman itu mengumpulkan plastic bekas.
Saya juga ikut mereka, meskipun awalnya saya tidak tahu mereka untuk apa.
Setelah ditanya ternyata dari botol plastik bekas tersebut bisa menghasilkan
uang yang dijual ke pengepul,” kata Pria kelahiran Pontianak ini.
Mengetahui botol plastik bekas tersebut bisa dijual dan menghasilkan uang, Indra pun bersemangat mengikuti jejak teman-temannya. “Setelah itu saya ikut mengumpulkan. Dapatlah 2 kilo, nah ketika saya jual hasilnya 400 rupiah. Uang itu saya belikan bakwan. Waktu itu saya masih kelas 3 SD. Senang bisa dapat duit sendiri,” Papar alumni pasca sarjana Sosial Entrepreneur Trisakti ini.
Mengetahui botol plastik bekas tersebut bisa dijual dan menghasilkan uang, Indra pun bersemangat mengikuti jejak teman-temannya. “Setelah itu saya ikut mengumpulkan. Dapatlah 2 kilo, nah ketika saya jual hasilnya 400 rupiah. Uang itu saya belikan bakwan. Waktu itu saya masih kelas 3 SD. Senang bisa dapat duit sendiri,” Papar alumni pasca sarjana Sosial Entrepreneur Trisakti ini.
Mengetahui sang anak sering mengumpulkan barang bekas, ada
kekhawatiran dari orang tua Indra. Tentu saja, ada beragam pertimbangan kenapa
orang tuanya melarang. “Orang tua khawatir khan, sebab sejak dapat duit 400
itu, saya ketagihan mengumpulkan sampah. Jadilah tamat SD, oleh orang tua, saya
di pesantrenkan. Mungkin mereka khawatir saya jadi pemulung,” kenangnya CEO
Limba Bahagia ini.
Selama tiga tahun, Indra mengahabiskan banyak waktu dengan menimba Ilmu di Pondok Pesantren Al Zaitun, Indramayu. Lulus dari sana, Indra kemudian melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Pontianak. “ Sejak tamat SD hingga SMA itu saya menjalani aktivitas saya seperti biasa saja. Tidak lagi ada namanya mencari sampah lagi,” jelasnya.
Tampaknya kemandirian Indra untuk menghasilkan uang sendiri
mulai terpupuk ketika ia melanjutkan pendidikan di Universitas Tanjungpura
Pontianak, dengan konsentrasi di jurusan Ekonomi. “Saya kuliah tapi sambil
usaha. Satu persatu bisnis saya lewati, dengan berbagai tantangan dan
pengalaman,” jelas Direktur Utama Asria Jaya ini.
Meski sudah banyak usaha yang digeluti pria yang berusia 25
tahun ini. Ia kemudian beralih ke sampah. Hal ini juga terbilang unik.
Keinginannya menghasilkan sampah muncul ketika dia mengenang kembali masa
kecilnya. “ Sekian banyak usaha yang saya geluti ternyata tidak berjalan mulus.
Sampai suatu ketika saya menghayal di rumah lama saya di Imam Bonjol, saya
teringat masa kecil saya. Terus saya buka internet mencari peluang usaha. Saya
tertarik dengan usaha sampah, saya cari informasinya,” jelas pria yang
menginginkan pendamping hidup yang bisa menerima dia sebagai tukang sampah.
Awalnya daur ulang sampah tersebut ia buka di Jakarta
bersama temannya. Ketika usaha tersebut berjalan lancar, ia kemudian membuat
usaha yang sama di Pontianak. “ Memulai usaha sampah ini cukup rumit juga.
Membeli mesin seharga 120 juta, sedangkan DP yang saya punya hanya 20 juta.
Yang seharusnya 6 bulan harus sudah lunas, baru bisa lunas 2 tahun. Itupun
sampai menangis dan meminta waktu sama pemilik mesin. Alhamdulillah diizinkan,
tetapi harus ada biaya tambahan lagi,” ungkap Co-Founder Dapur Tampan ini.
Mencari sampah bukanlah persoalan mudah bagi Indra. Ia
kadang harus mencari dari satu tempat ke tempat lain, termasuk melobi pihak
hotel agar sampah di hotel tersebut bisa ia pinta. “Tapi seiring berjalannya
waktu, saya bisa membuat pabrik sendiri, dan hasilnya cukup memuaskan,”
jelasnya.
Ia juga pernah menjalin kerjasama dengan Miri dan Brunai Darussalam. Sebab kedua Negara tersebut tertarik dengan usaha yang digelutinya. “Saya juga tergabung dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Jadi sering ikut kegiatan, saya perkenalkan usaha saya. Ada beberapa Negara yang tertarik. Di Miri dan Brunai pernah jalin kerjasama, tapi setelah dua kali pengiriman mereka stop, karena mereka sudah bisa menjalankan sendiri usaha sampah ini,” kata pengusaha yang lebih banyak menetap di Jakarta ini.
Kini usaha Indra terbilang sukses. Ia memiliki beberapa
mitra di beberapa kota di Indonesia. “ Mitra saya banyak yang diluar Kalbar,
sebab disini sulit mencari orang yang mau bekerja sampah,” pungkas pria yang
senang mengendarai vespa ini.
Jatuh Bangun Hingga Temukan Passion
Berhasil dengan usaha sampahnya bukan berarti Indra
menjalani semua itu dengan mulus. Cukup banyak usaha yang dilakukannya. Jatuh
bangun pun dirasakan hingga akhirnya ia menemukan passionnya. “Saya dulu itu
punya usaha apa yang sedang update di Jakarta saya bawa ke Pontianak. Tapi
semua itu tak berjalan lama. Sampai ada yang bilang ke saya, cari usaha itu
yang bisa berlanjut hingga kita meninggal,” jelasnya.
Indra mengawali usaha dengan membuka kafe hotspot di kawasan
Podomoro. Sempat juga diliput oleh X-presi Pontianak Post. “Usaha saya itu
menjadi satu-satunya usaha yang punya hotspot. sekitar 7 tahunan yang lalu. Saya
senang punya bisnis tersebut. Setiap hari penuh bahkan ada yang bawa laptopnya
duduk di motor. Usaha tersebut awalnya juga tidak menggunakan modal yang
banyak. Rukonya juga masih berhutang. Minta tempo enam bulan dibayar,”
jelasnya.
Melihat antusias pengunjung yang dalam sebulan selalu penuh,
tak berarti usaha Indra terikut imbasnya. Dia baru menyadari bahwa banyak
pengunjung yang bisa berjam-jam duduk di kafenya hanya dengan minusm teh es
seharga 2000. “Saya baru menyadarinya setelah beberapa lama. Dapat sih sehari
200 sampai 300 ribu. Tapi belum beli gula. Ketika mahasiswa seusia saya lagi
senang-senangnya menikmati masa mudanya, eh saya malah sedih kalau harga gula
naik,” kenangnya.
Akhirnya, Indra terpaksa gulung tikar. Harga barang-barang
yang serba naik membuat usahanya tidak bertahan di tambah persaingan yang kian
banyak. “Karena saat itu harga gas naik, gula naik, akhirnya saya bingung.
Hanya bertahan setahun lebih, karena wkatu awlanya hanya saya, kemudian ada 7
kafe yang buka baru,’
Tutupnya usaha tersebut, sempat membuat Indra stress. Apalagi lanjut dia, usaha tersebut sudah diliput media. Ia pun mengisi waktunya dengan jalan-jalan dari kota satu ke kota lainnya. “Awalnya saya ke Depok, ketemu sama kawan satu pesantren dulu. Dia ternyata pengrajin sepatu, dia nyetok di salah satu pusat sepatu di Jakarta. Awalnya tidak ada keinginan menjadi pedagang sepatu. Dia bilang ke saya kalau sepatu tersebut keren, bagus dan mantap. Ketika saya izin balek dia kasih 3 karung, minta dijualkan,” ceritanya
Dia mencoba peruntungan dengan berjualan sepatu di hari
libur, salah satunya di car free day. “ Saya jualan, dia kasih harga,
alhamdulillah dalam dua minggu 3 karung sepatu tersebut habis terjual. Dapatlah
uang 8 juta. Saya kirim semua ke dia, meskipun sebenarnya dia minta bayar 4
juta saja. Tetapi saya kirim semua, kemudian dia kirim lagi sepatu dengan
jumlah yang banyak, jualan terus selama 2 bulan. Dari situ alhamdulillah bisa
sewa ruko lagi di Podomoro,” Jelasnya sembari mengatakan akan tetap berjualan
sepatu tetapi lebih mengutamakan bisnis barber shop yang akan segera dibuka.
Mulai jenuh usaha sepatu, Indra melihat sepeda warna-warni
di pelabuhan Jakarta. Ia tertarik dan memotonya. “ Saya foto sepeda itu dan
jadikan DP BBM. Kawan-kawan berebot nanya, mereka mengira saya jual sepeda yang
baru saya ketahui sepeda fixie. Sebab saya sepok, saya sebut itu sepeda
belang-belang,” tutur dia.
Melihat teman banyak yang pesan, saya kejar truk yang bawa
sepeda tersebut hingga ke gudangnya. Saya tanyakan harganya, kemudian usaha
tersebut berlanjut hingga 4 bulan berikutnya. Saya berhasil mengumpulkan uang
yang banyak,” terang dia.
Namun karena investasi yang salah, membuat uang yang
dimiliki Indra menipis. “Buka futsal, tempat cuci mobil, property, semua
bermasalah. Hingga akhirnya saya menemukan bisnis sampah ini,” tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar