Berawal dari kekhawatiran batik Indonesia akan
tinggal nama saja, membuat Priska
Yeniriatno (28 tahun) ingin mengembangkan usaha batik di Kalbar,
khususnya di Singkawang tempat tinggalnya saat ini. Apalagi menurut dia,
masyarakat belum banyak yang menjadikan batik sebagai tren busana melainkan
sekadar kewajiban dalam bekerja.
Dia pun memilih membuat batik tulis khas
Singkawang dengan motif bunga Anggrek Singkawang. Kesenangannya menggambar ia
tuangkan dalam desainnya itu. “Mulanya sih belajar sama eyang ketika kuliah di
Jogja. Ketika pulang ke Singkawang, saya membuka usaha batik, selain hobi juga
ingin memperkenalkan batik ke masyarakat Singkawang,” papar dia yang memulainya
di tahun 2013.
Teknis pembuatannya tak jauh beda dengan batik
tulis khas jawa. Motif itulah yang membuatnya berbeda. Bahan yang digunakan
adalah bahan katun. Harga yang ditawarkan mulai 250 ribu rupiah per dua meter
hingga pernah terjual 750 ribu rupiah per dua meter. “Harga itu bergantung
tingkat kerumitan pembuatan. 250 ribu rupiah itu hanya dua warna sementara yang
750 ribu rupiah itu ada 6 warna,” ucap lulusan Ekonomi Akutansi ini.
Satu kain membutuhkan modal yang berbeda-beda.
Semakin banyak warna yang digunakan berarti semakin banyak lilin( cairan malam)
yang dipakai. Semakin banyak pula proses pencelupan yang dilakukan. “Kalau enam
warna bisa lima kali pencelupan,” papar dia.
Mempromosikan karyanya, Priska pun kerap
mengikuti pameran baik di Singkawang maupun di Pontianak. Ia kini juga membuka
tempat penjualan oleh-oleh. “Kadang saya juga memberikan pelatihan membatik ke
sekolah-sekolah. Apalagi sekarang lomba membatik mulai di adakan, tetapi anak-anak
sekolah belum medapatkan pelajaran membatik,” jelasnya.
Kesulitan bahan baku juga dirasakan oleh
Priska. Menurut dia bahan baku harus didatangkan dari Jawa. “Bahan bakunya
cukup susah. Karena itu saya juga memesan bahan baku dalam julam banyak, dan
menyediakannya disini bagi yang ingin membatik,” ucap dia.
Dia berharap masyarakat semakin mengenal batik, kemudian mencintainya sebagai produk kebanggan anak negeri. “Mulanya harus kenal dulu, baru bisa cinta dengan batik dan cinta Indonesia,” pungkasnya.
Dia berharap masyarakat semakin mengenal batik, kemudian mencintainya sebagai produk kebanggan anak negeri. “Mulanya harus kenal dulu, baru bisa cinta dengan batik dan cinta Indonesia,” pungkasnya.
Foto : koleksi Priska
0 komentar:
Posting Komentar