Belajar dari Film Si Doel Anak Sekolahan.


Ucapan selamat beberapa hari ini acap kali terdengar, sesekali ada yang memberikan semangat. Akhir-akhir ini , raut wajah mahasiswa tampak begitu sumringah saat tugas akhirnya di ACC. ACC, tiga huruf itu sangat penting buat mahasiswa, perlu bertahun-tahun menantikannya, kadang ada pula yang keburu menyerah sebelum mendapatkannya. Bukan sekali saja ACC itu mesti diraih, ada beberapa tahapan. Ada beberapa tingkatan. Berhasil.
Tadi baru saja satu teman saya, Siti Wardah berhasil merampungkan studinya. ia berhasil meraih nilai yang cukup memuaskan . Nilai A, baru dua orang yang mendapatkan nilai A di kelas kami, setelah sebelumnya, tepatnya tahun lalu, teman saya, Farninda Aditya lolos menggantungkan KTMnya dengan nilai A.
Kini satu persatu teman mulai menyusul, berharap bisa menuai hasil yang maksimal. Sungguh perjuangan yang melelahkan tapi cukup menantang. Melihat beragam teman dengan beragam cerita saat hari-hari mereka diisi dengan kegiatan menunggu, mengerjakan perbaikan, hingga menemukan titik akhir yang namanya UJIAN SKRIPSI.
Ini menjadi kenangan tersendiri, kala di beberapa sudut kantor direktorat menjadi saksi bisu kehadiran mahasiswa yang saling bercerita. Tapi ada hikmah yang bisa dipetik. Mereka tidak lagi memiliki kelas belajar. Tapi ada silaturahim yang terjalin. Mereka yang sama-sama mennyelesaikan skripsi saling berbagi saling bercerita, hingga membuat keakraban. Banyak cara memupuk silaturahim.
Esok, esok adalah hari penentuan dimana saya harus mempertahankan apa yang telah saya teliti. Esok hari penntuan apakah saya bisa menggantung nama yang tidak lagi dikatakan mahanya siswa. Dan, mulai tercatat ,menjadi alumni?? insyaAllah.
Meski  sedikit ada keraguan dihati, meski sedikit ada yang mengganjal, tapi ini harus saya lalui. Ini adalah kesempatan buat saya untuk bisa memberikan senyuman orang tua. Ingat film si doel anak sekolahan nggak??? Ya meski itu filmnya jadul banget, tapi seringkali diputar di televisi, film yang menurut saya banyak muatan pendidikan disana, sayang sulit mencari film semacam itu sekarang.
Lantas di salah satu episode film itu, Pak Benjamin Suep atau dikenal dengan Benjamis S yang di film itu memerankan bapaknya si Doel. Pria yang di panggil babe dalam film ini berteriak sekuat-kuatnya saat mengetahui anaknya selesai sidang.
“Hey,,, orang-orang kampung, anak gue jadi sarjana.....”, begitu ucapnya girang.
ini adalah bagian dari cara anak membahagiakan orang tuanya. Saat ini, sekolah hingga tahap yang tertinggi menjadi senjata ampuh untuk membahagiakan orang tua. Meski selanjutnya itu tidak selalu menjanjikan kita hidup sejahtera.
Masih cerita di film si doel anak sekolahan. DI film itu, di saat si Doel dengan embel Ir. Atau insyinyur menempel dinamanya, doel juga belum mendapatkan pekerjaan. Padahal dulu, pada masa film itu tenar, beberapa tahun yang lalu, Jakarta masih belum sepadat ini. Peluang kerja saya pikir cukup banyak, sebab persaingan belum seramai sekarang. Tapi di film itu sudah menampilkan kisah susahnya doel yang seorang insinyur lulusan terbaik mendapatkan pekerjaan.
Tawaran memang datang satu persatu, hingga keluar Jakarta pun ada. Tapi sebagai orang betawi asli, Pak Benjamin Suep, babenya Doel tidak menyetujui. Baginya mengabdi di kampung sendiri itu lebih baik. Ini juga menjadi dilema. Disatu sisi sang babe terus berharap si doel mendapatkan pekerjaan.
Doel yang notabene orang yang hidup di keluarga sederhana ini, bukan tak mendapatkan tawaran pekerjaan, tapi ada pekerjaan yang memang tak sesuai dengan hati nuraninya. Bila melihat kondisi sekarang, banyak orang yang menjual hati nuraninya demi sebuah pekerjaan dengan gaji yang besar. Doel  tetap menjaga komitmenya, itulah yang semestinya kita lakukan.
Lantas komitmen saja tak cukup. Doel terus saja mencari peluang kerja, hingga menjadi supir oplet pun ia tak mengapa. Padahal ia adalah seorang mantan mahasiswa yang pintar. Ya itu menurut saya adalah cara tuhan menguji hambanya. Hingga perjuangan Doel berada di tahap yang maksimal. Mendapatkan pekerjaan, meski tak bisa membahagian babenya, karena keburu ajal menjemput sang babe.
Nah, apapun usaha kita, Tuhan adalah satu-satunya yang menjadi sutrada dalam kehidupan. Apa yang kita jalani tak selamanya sesuai harapan. Mimpi itu harus, tapi bukan berarti harus terpenuhi. Kadang akal kita juga membutuhkan sifat yang mampu menerima apa yang trejadi. Ikhlas memang berat, tapi Insya ALLAH .
Saya juga ingin seperti si doel, semangat yang tak pantang menyerah. Terus menjalankan prinsip hidup yang baik. Cacian tak dihiraukan, umpatan dibiarkan. Demi tujuan yang benar.Karena Sarjana atau gelar tak menjanjikan seseorang mulus menjalani tingkat kehidupan, proses yang harus dihargai. Hingga waktu yang menjawab ketika kita memang sudah layak. =)

Pontianak, 13 Nopember 2013-11-13
Menuggu hari esok,

Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: