Monumen Hidup


Selasa 05/03/13
Saya dan teman- teman Club Menulis mengadakan pertemuan rutin. Selain berbicara seputar kepenulisan, kami juga   berdiskusi seputar masa depan. Pembimbing Club Menulis  kembali memotivasi kami. Beliau mengatakan  bahwa  kita punya peluang untuk membuat monumen hidup masing-masing.  Tulisan kita dianggap ukuran apakah  kita layak atau tidak.  sebab, dunia kedepan itu sangat kompetitif. Apa kemenangan kita dengan orang lain?  Yaitu buku. Kalau duit kita kalah, kalau bekingan juga belum tentu. Jadi karya inilah yang akan menjadi modal kita  menatap masa depan.  Itu artinya kita masih banyak pekerjaan besar, untuk masa depan kita sendiri.
Beliau juga mencontohkan sebuah buku   yang dinilai tidak layak atau kita sendiri bisa membuatnya lebih baik, itu tidak berarti apa-apa sebab mereka  membuatnya. Dan, hal itu  jauh lebih berharga ketimbang ide kita yang besar tapi tak dibukukan.
“Jadi masih bayak pekerjaan menanti kita untuk masa depan kita sendiri. Saya tidak terlalu memikirkan orang yang tidak mau. Ada atau tidak mereka, saya tetap menulis. Malah mereka yang rugi, karena inilah kesempatan mereka untuk bekarya hilang . Mereka yang tidak mau ikut rugi sendiri. Mereka menyesalnya itu 5-6 tahun ke depan. “
Saya menangkap pekerjaan besar yang dimaksud adalah pekerjaan  untuk diri kita sendiri.Kita  Jangan terpaku kepada orang lain.Bahkan menurut beliau bila  semua yang kita buat di tulis dengan betul, setahun sekali kita pasti punya buku. Dan beliau juga menasehati agar hal-hal  yang tak terlalu penting di kurangi.
Ditengah asyiknya mendengar motivasi dari beliau. Kami semua ditanya mengenai  Apa AGENDA BESAR kalian saat ini?,,,pertanyaan yang di ajukan kepada kami semua. Seorang teman menjawab bahwa ia akan melakukan segala hal yang ia inginkan bila ia mampu.
“Dalam hidup mampu itu relatif, seperti Ahmad Fuadi menulis dalam novelnya, satu ungkapan penyemangat yaitu man jadda wajada. Di mana ada kemauan di situ ada jalan bila kita bersungguh-sungguh. Syarat untuk bertarung dalam kehidupan itu perlu fighting dan spirit. kadang2 kita mudah sakit karena semangat tarung kita lemah. Jangan-jangan kita sakit  karena kita memanjakan penyakit itu sehingga penyakit itu  berkembanga.”
Ia katakan bahwa  dalam lapis hidup kita ada badan kasar dan  badan halus  yaitu jiwa. Kalau jiwa yang sakit itu yang paling susah.  Sehingga pada dasarnya kita smeua bisa melakuan banya hal bermanfaat dalam hidup. Bergantung sejauh mana kita benar-benar memanfaatkan waktu yang diberikan. Sehingga nantinya kita semua mampu bersaing . Sebab kita sudah siap. Seperti salah satu konsep yang beliau kemukakan yaitu konsep Hipnoteaching. Dalam konsep ini salah satu kesusksesan anak belajar, ketika secara psikologi mereka siap belajar.Kadang dosen atau guru mengajarnya sudah oke,  tapi kesan di memori kita hanya bertahan sebentar.Hal ini dikarenakan  mereka melupakan konsep hipno teaching. Ini menunjukkan jiwa perlu di sentuh, perlu di doktrin. Oleh sebab itu, pada tingkat kita, hambatan pisikal, itu saja yang dapat mengganggu, secara psikologi kita tidak terikat itu lagi.
Beliau juga selalu mengingatkan bahwa  tak ada istilah turun naik  dalam semangat. Orang yang semangatnya masih turun naik, levelnya masih turun ke bawah. Sama halnya dengan kepenulisan karena kita tahu menulis adalah kebutuhan kita, untuk memahat monumen kehidupan.Orang yang ada konsep semangat dan tidak semangat dalam hidup, yang dalam bahasa gaul disebut galau. Karena tidak jelas arah kehidupannya. Kalau dia jelas arah kehidupannya, dia tidak akan  galau.Kita mau jadi apa? Kesanalah kita tuju.Jelas arahnya.
Farninda Aditya juga mengungkapkan sesuatu yang pernah ia dengar dari seseorang yaitu semakin jelas mimpi yang diinginkan maka akan semakin jelas jalan yang di tuju.
Beliau setuju dengan kalimat itu. Kita harus punya pimpi namun mimpi kita jangan ingin hidup jadi orang kaya, karena tujuannya materi. Tidak sesuai dengan Islam. Ketika melihat orang lain punya rumah bagus, ketika orang lain kerja ini,kita juga ingin.  itu yang buat galau, karena memikirkan materi. Menderita dan pasti tidak bahagia hidupnya. Sebab tujuannya tidak jelas, kalau tujuannya jelas, penglihatannya ke depan. Jadi tak sempat melihat kesamping apalagi ke belakang. Kalau mau maju meski lihat kedepan, kalau  tidak mana mungkin bisa bejalan cepat.
Kemudian beliau juga mengutip sebuah ungkapan bahwa orang dianggap berada di golongan Kelas bawah adalah orang-orang yang bila bertemu selalu membicarakan orang lain, kelas menengah akan membicarakan tentang  barang-barang, kelas atas akan membicarakan ide-ide.   
Hidup itu pilihan, dan mau dibawa kemana arah tujuan hidup kita. Kitalah yang memposisikannya.




Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: