Keseriusan belajar, mengisi waktu yang bermanfaat, tepat
waktu, disiplin, berkarya adalah hal yang semestinya dimiliki setiap
pribadi. Belajar dari keberhasilan 3
orang dosen yang menurut saya begitu produktif. Banyak karya yang sudah
dihasilkan, banyak prestasi yang sudah diraih. Satu hal yang terpenting mereka
tetap belajar, mereka tetap memacu potensi diri untuk berkarya, dan mereka
disiplin.
“Saya malu kalau terlambat” ucapan dosen pertama dalam
sebuah acara.
Sangat jarang ada orang yang bisa disiplin, menghargai betul
setiap waktu yang diberikan. Dosen ini dalam mencapai keberhasilannya juga
tidak mudah. Bekerja paruh waktu saat kuliah S3. Sehingga dalam prinsipnya
terlambat mengajar adalah sebuah hal yang memalukan. Benar saja , jika dosennya
saja sering terlambat dan tidak menghargai waktu, bagaimana mahasiswanya akan
disiplin. Beliau juga mengajarkan untuk hidup bermental lebih baik. Menulis
adalah salah satu caranya.sehingga beliau mendirikan satu wadah sebagai
fasilitas mahasiswa untuk berkarya.
Lain dosen tadi lain pula dengan dosen yang kedua. Menurut
saya Dosen yang satu ini adalah sosok
dosen yang pendiam, produktif, kreatif.
Meskipun seorang yang pendiam, namun jika kita berdiskusi dengan beliau sangat menarik, sebab
beliau tak sungkan berbagi informasi dan ilmu. Satu pengalaman berharga ketika
saya sempat berbicara seputar outline penelitian yang gagal.
“Bagaimana cara kamu mempertahankannya?”Tanyanya
Bingung menjawab pertanyaan beliau, karena saya tidak
mengerti bagaimana mempertahankannya. Dari situ beliau berbagi ilmu yang
akhirnya membuat saya tahu, bagaimana saya bisa mempertahankan outline saya,
jika saya sendiri tidak punya modal untuk mempertahankannya, saya kurang
membaca, saya kurang ilmu, saya tidak paham. Dilain kesempatan beliau juga berbagi
ilmu bahwa dalam penelitian, ada 3 kunci
yang harus kita pahami yaitu apa yang ingin kita teliti, mengapa diteliti,
untuk apa kita menelitinya.
Saya juga belajar dari diamnya dosen ini. Tak banyak
ngomong, namun produktif dengan terbitnya beberapa buku. Dalam senggangnya
diisi dengan bekerja bersama laptop. Sepertinya tak ada waktu yang terbuang
begitu saja olehnya. Sesekali ada kalanya beliau memanfaatkan waktu utnuk istirahat sehabis menunaikan shalat dzuhur. Saya
juga berharap suatu saat saya bisa menulis tentang beliau, karena saya yakin
ada pelajaran berharga yang bisa saya petik dari pengalamannya. Teringat
kata dosen ketiga “ Tulislah tentang orang besar, maka kamu akan menjadi
besar”. Diantara ketiga dosen, dosen kedualah yang kesempatan belum menghampiri
saya untuk menulisnya. Bagi saya mereka adalah orang-orang besar. Sebab mereka banyak
membesarkan orang lain dengan ilmunya, dengan motivasinya.
Lain lagi dengan dosen yang ketiga. Untuk soal tulis menulis,beliau
memang sangat mencintai dunia ini. Namun yang saya salut pada tekhnik
mengajarnya. Menurut saya, banyak dosen yang galak dan selamanya hanya memberi
kesan kegalakannya, tapi tidak untuk dosen yang satu ini. Beliau galak, selalu
memberi tugas , disiplin dalam tugas dan
pada akhirnya mahasiswanya merasa apa yang dilakukan dosen ini memang untuk
kemajuannya.Sebab saya merasakan hal itu. Meski belum mahir dalam menulis,
namun beliau selalu memotivasi,
mengajarkan disiplin dalam menulis yang memacu diri untuk semangat dalam
menulis.
3 dosen ini terlahir di daerah hulu Kal-Bar, dibesarkan
disana.Daerah yang berada jauh dari pusat kota. Daerah yang boleh dikatakn
terpencil dimasa dosen-dosen ini duduk dibangku sekolah. Namun sejak kuliah berulah mereka menetap di
kota ini. Bermodalkan tekat yang kuat, kemauan serta usaha mereka mampu
menjadikan hidupnya berada dideretan orang-orang yang berhasil. Meskipun
keberhasilan itu relative, paling tidak untuk dunia pendidikan mereka sudah
mampu melewatinya dengan baik. Dalam keberhasilan ketiga dosen ini bukan
didapat dengan sekali langkah, butuh ribuan langkah, perjuangan untuk sampai
tahap keberhasilannya. Ini membuktikan bahwa keberhasilan itu bukan hanya untuk
orang-orang dikota saja. Keberhasilan itu untuk siapa saja yang ingin berhasil.
Kesederhanaan adalah lebel
yang menurut saya menjadi cirri khas mereka. Entah karena dari daerah
yang sama, entah bagaimana. Penampilan ketiganya cukup sederhana. Inilah yang
mengingatkan saya pada pribahasa “Semakin berisi semakin merunduk”. Mereka
besar tapi tak merasa besar, apalagi membesar-besarkan.
Banyak ilmu yang saya dapatkan, banyak motivasi yang
diperoleh, banyak pelajaran beharga yang diajarkan. Teruslah belajar, belajar
memaknai hidup ini, belajar melihat masa
depan, belajar untuk berhasil, dan belajar menjadikan hidup lebih bermanfaat.Semangat!!!
0 komentar:
Posting Komentar