“Bermain” bersama si Pendeteksi Bahan Peledak

Foto : Shando Safela/Pontianak Post
Melatih hewan, apalagi Anjing bukanlah pekerjaan yang mudah. Harus dilakukan dengan penuh keikhlasan agar bisa melewati segala tantangan. Hal itu pula yang dilakukan oleh Bripda Enisepa Agatha. Satu-satunya wanita yang bertugas sebagai pawang di Unit Satwa Detasemen K-9 Polda Kalbar.

Lebih dari 6 bulan yang lalu, Bribda Enisepa Agatha melakukan latihan bersama anjing berjenis Belgian melanois. Anjing ini sengaja dilatih khusus untuk membantu kepolisian Kalbar dalam melacak bom atau bahan peledak yang disembunyikan oleh seseorang.

Menjadi pawang anjing di unit satwa menjadi tantangan tersendiri bagi wanita kelahiran 6 Juni 1994 ini. “ Saya  memang hobi memelihara hewan, sejak SMA, Tapi sudah suka doang. Kebetulah dirumah saya ada pelihara anhing, hewan sejenis tupai. Intinya sih saya sukanya sama binatang yang berbulu, kalau reptile saya kurang suka. Minggu sore biasanya saya bersama hewan peliharaan gathering bersama penghobi hewan lainnya,” ucapnya.

Dari seluruh kepolisian daerah (POLDA) di Indonesia, Polda Kalbarlah yang memiliki satu-satunya pawang hewan wanita. “ Saat saya melakukan pendidikan jurusan (Dikjur) pelatihnya bilang bahwa saya menjadi satu-satunya wanita yang pertama kali ikut. Tantangannya karena saya wanita sendiri, tentu saja harus memiliki power yang kuat. Apalagi ini bukan jenis anjing rumahan. Selain itu juga rentan cedera bila tidak hati-hati,” ucap wanita lulusan SMPN 1 Rasau Jaya ini.

Selama berlatih, lanjut  Esa-sapaannya, beberapa kali dia terkena gigitan. Meski demikian tak membuat wanita yang berkantor di Mako Sabhara ini gentar. “ Tiga minggu yang lalu saya kena gigit. Ceritanya, saya ingin menolong salah satu anjing yang ada disini karena dia suka gigit batu. Jadi saya minta bantuan teman untuk memegang tali lehernya,” certinya.

Kemudian lanjutnya, dia mengambil mainan kesukaan anjing itu dan menggoyang-goyangkannya. Berharap anjing tersebut melepaskan batu yang digigitnya. “Entah kenapa, tali yang dipegang teman saya lepas. Anjing itu pun lalu mengarah ke tangan saya dan menggigitnya,” papar dia yang mengaku melakukan persiapan khusus agar tidak cedera ataupun terinfeksi penyakit dari anjing.

Sebagai anak bungsu dari 2 bersaudara tentu saja pekerjaannya ini membuat orang tuanya cemas, terutama sang mama. Meski demikian, lanjut dia orang tua memberikan dukungan yang sangat baik. “ Mama itu suka cemas sama saya. Dia khawatir saya kena gigit. Saya berusaha meyakinkan mama, bahwa pekerjaan saya ini tidak perlu dikhawatirkan. Kadang kalau saya ganti DP sama anjing, mama suka bilang jangan terlalu dekat,” ulasnya.

Meskipun belum pernah melakukan operasi terkait pelacakan bom atau bahan peledak, tapi sudah banyak yang mengagumi keberaniannya ini. “ Ini juga menjadi motivator bagi polwan lain, ada beberapa yang setelah melihat saya mereka ingin juga menjadi pawang,” beber wanita yang dulunya bekerja bidang SDM di Polda Kalbar.

Setelah melewati pendidikan selama dua bulan, dia pun menjadi paham bagaimana mengendalikan hewan khususnya anjing agar bisa bersahabat. “ Sama seperti manusia, saat dikjur, awalnya tidak langsung latihan, tetapi mengenal hewannya dulu. Kita ajak jalan-jalan, kita pegang dan elus-elus dan sering panggil namanya. Baru kemudian dilatih penciumannya terhadap bau bahan peledak. Ternyata seru melatih anjing, saya suka,”

Sebenarnya, menjadi polwan bukanlah impian awal alumni SMA Santo Paulus Pontianak ini. Hanya saja, dia ingin mencari pengalaman sebagai aparat keamanan.  “Saya awalnya tidak kepikiran masuk polwan. Saat itu saya berencana kuliah di Bali. Kebetulan juga ada pembukaan bintara. Atas saran teman dan izin orang tua saya coba daftar. Saya suka cari pengalaman, bahkan sempat jadi SPG juga. Apalagi menurut teman-teman akan lebih dipertimbangkan, karena saya punya sertifikat dan prestasi di taekwondo,” ucapnya.

Bicara soal pasangan hidup yang menjadi impiannya, wanita berkulit putih ini mempunyai kriteria tersendiri. Terlebih sang pasangan, lanjut dia harus mendukung sepenuhnya  “ Soal fisik bukan hal utama. Terpenting buat saya dia bisa menerima saya apa adanya. Dia harus menerima pekerjaan saya sebagai pawang. Dia harus mengerti. Kemudian taat dalam agama juga. Bila perlu, pasangan saya itu juga senang dengan hewan. Sebab saat ini, hampir sebagian besar waktu disela-sela kesibukkan, saya habiskan bersama hewan peliharaan,” pungkasnya. 

-----
Aktif Beladiri sejak SD
Siapa sangka, sang pawang yang satu ini, sebenarnya memiliki prestasi di olahraga beladiri. “ Saya sejak SD sudah ikut taekwondo. Awalnya saya tidak mau, tapi mama yang menyalurkan bakat saya. Menurut mama, perempuan itu harus punya beladiri juga. Ini buat menjaga kalau ada yang mengganggu, maka saya bisa lakukan perlawanan,” kata Enisepa Agatha

Sejak itu, ia latihan hingga duduk di bangku SMA. Beberapa kali ikut lomba dan meraih prestasi. Seperti Juara 2 PORPROV X 2010 Pontianak. Juara 2 taekwondo tingkat pelajar se-Kalbar tahun 2009 dan 2011. “ Tapi setelah menjadi polwan ini, saya sudah tidak pernah latihan. Lagi pula dulu itu khan saya latihan di SMA, sekarang ini khan sudah tidak mungkin lagi mau latihan disana,” papar dia.

Memiliki kemampuan beladiri, bukan berarti menjadi ajang bagi dia untuk pamer kekuatan. Dalam bergaul dia juga berusaha menempatkan posisi antara latihan dan tidak. Serta kapan harus mengeluarkan kemampuannya itu. “ Pernah juga waktu SMP, ada teman yang suka mengejek nama orang tua saya. Entah kenapa hari itu saya mengeluarkan kemampuan beladiri yang saya miliki untuk menonjok teman saya itu. Alhasil dia jadi ketakutan. Menurut saya sekali-sekali beri pelajaran ke dia itu tidak apa,” kenangnya.

Seringnya latihan taekwondo, diakui dia membawa perubahan dalam tingkah lakunya. “ Sebenarnya saya itu tidak tomboy. Tapi mungkin karena saya sering latihan taekwondo jadi kebawa,” ucapnya.

Menurut dia, dengan berlatih taekwondo maka banyak manfaat yang dirasakan, diantaranya melatih kebugaran tubuh dan juga sebagai pertahanan tubuh. “ Tapi kalau latihannya itu khan tidak menggunakan sandal atau sepatu jadi sering mengalami lecet-lecet. Kaki cedera juga sering. Pernah waktu lomba  bertanding pernah lutut saya ini geser tempurungnya, kaki saya tidak bisa bengkok. Padahal sebenarnya saya menang dan harus lanjut final. Akhirnya saya gugur dan menadapat juara 2. Saya off latihan selama 3 bulan,” tukasnya. 

3 Februari 2015









Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: