Diabetes
menjadi salah satu jenis penyakit regeneratif yang rentan dialami oleh banyak
orang. Penyakit yang disebabkan oleh faktor keturanan dan gaya hidup tidak
sehat ini bisa menimbulkan komplikasi dengan penyakit lain. Salah satunya
mengenai mata. Bila tak segera diatasi bisa menimbulkan kebutaan.
Diabetes merupakan sebuah kondisi dimana tubuh tidak cukup
memproduksi insulin untuk mengubah gula menjadi energi. Akibatnya terjadi
penumpukan gula dalam darah. Jika pada fase yang berat, penderita bisa
mengalami gangguan penyakit lain, termasuk pada mata.
Dokter di Rumah Sakit Sultan Syarif Muhammad Alkadri, dr.
Sri Yuliani Elida, Sp. M mengatakan bahwa bila penyakit diabetes mellitus ini
sudah mengenai mata, maka penyakit tersebut dikenal dengan Retinopati Diabetik. “Ini disebabkan adanya
gangguan pembuluh darah di retina pada pasien yang mengidap diabetes mellitus,”
jelasnya.
Cukup banyak kasus ini
terjadi pada penderita diabetes mellitus. Hal ini karena tidak segera
diantisipasi dengan cepat, atau memang pasien dan dokter yang menanganinya
lambat mengetahuinya. “Karena letaknya di mata, jadi pasien dan dokter kadang
tidak menyadari ada komplikasi yang menyebar ke mata,” katanya.
Pemandangan yang buram
menjadi gejala awal yang biasanya dirasakan oleh pasien. Biasanya terjadi
secara bertahap dan sering kali tidak disadari. “Kalau sudah terkena retinopati
diabetik ini, walaupun sudah di periksa, bahkan menggunakan kacamata pun tetap
masih terjadi keluhan. Jika lambat ditangani akan mengalami kebutaan,” ulas
dia.
Selain retinopati
diabetik, gangguan pembuluh darah juga dapat terjadi pada mereka yang tekanan
darahnya tinggi.“Ini
dikenal dengan istilah retinopati hipertensif. Tetapi ini tidak seberat
retinopati diabetik,” timpalnya. Orang yang mengalami retinopati hipertensif
ini akan mengalami
gangguan penglihatan jika tekanan darahnya tinggi. “Proses pengobatannya hanya
menurunkan tekanan darahnya saja. Setelah normal dia akan berangsur pulih,”
jelasnya.
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
menyebabkan pembuluh darah mata menyempit, bocor dan mengeras seiring waktu
karena tekanan berlebihan dan berkelanjutan terhadap dinding pembuluh darah.
Pada beberapa kasus, ini dapat menyebabkan saraf optik membengkak dan mengakibatkan
masalah penglihatan. “Kalau terjadi kebocoran di retinanya dapat dilakukan
pengobatan dengan argon laser. Disini sudah tersedia alatnya di klinik
Spesialis Mata & THT Ayani . Tetapi kalau sudah berat harus melewati
operasi, dan tingkat kesembuhannya kecil,” pungkasnya. **
//////////
Waspadai Ini!
Jika terjadi lebih dari lima tahun
Retinopati
Diabetik ini sering terjadi pada pasien yang sudah mengalami penyakit kencing
manis lebih dari lima tahun. “Ada pula yang menyebutkan lebih dari enam tahun.
Nah kalau sudah selama ini, harus antisipasi dengan rutin memeriksakan diri ke
dokter mata,” ucap dokter spesialis mata, Sri Yuliani Elida.
Gula darah yang tidak terkontrol
Penumpukan
gula darah menjadi masalah yang harus segera diatasi. Jangan biarkan gula darah
tidak terkontrol. Ini akan menyebabkan komplikasi pada mata. “Kadang gula darahnya
normal, kadang 100, kadang 300, nanti 200. Kalau sudah begini resikonya tinggi.
Yang dikhawatirkan kalau sudah terjadi kebutaan, akan sulit dikembalikan
penglihatannya,” terang dia.
Keturunan
Faktor
resiko lainnya karena ada keturunan dari orang tua yang memiliki penyakit ini.
“Jika memiliki keluarga riwayat diabetes mellitus, maka kontrolnya harus lebih
baik lagi untuk mencegah retinopati diabetik,” paparnya.
Pencegahan dengan dokter penyakit
dalam
Akan
lebih baik dilakukan pencegahan sejak awal. Caranya, bekerjasama dengan dokter ahli penyakit dalam
untuk menangani pasien diabetes mellitus ini. “Terutama mereka yang tidak
terkontrol gula darahnya, atau sudah lebih dari lima tahun, serta memiliki
faktor keturunan. Kalau sudah ada salah satu atau lebih ini akan memperbesar
resikonya, bahkan bisa sebelum lima
tahun,” jelas dia.
Kontrol
teratur
Kalau
belum ada tanda tanda mengalami retinopati diabetik, maka orang yang mengidap
diabetes mellitus ini cukup memeriksakan matanya 3 sampai 6 bulan. Jika sudah
ada tanda-tandanya, maka harus memeriksakan diri 1 sampai 3 bulan. Tetapi jika
sudah parah, setiap dua minggu harus periksa.”Semakin parah, maka progresivitas
penyakitnya semakin cepat,” tukasnya. (mrd)
15 Januari 2016
0 komentar:
Posting Komentar