Dr. Netty Prasetiyani, M. Si, Setiap Dampingi Suami

Foto : Humas

Anda tentu cukup familiar dengan nama Ahmad Heryawan. Sosoknya dikenal masyarakat Indonesia sebagai Gubernur Jawa Barat hingga 2018 yang berpasangan dengan artis ternama Deddy Mizwar. Kali ini, For Her akan mengulas sosok pendamping hidupnya, Netty Prasetiyani.

Dibalik kesuksesan seorang pria, tentu tak lepas dari peranan seorang istri. Demikian pula yang dilakukan oleh Dr. Netty Prasetiyani, M. Si dalam mendukung aktivitas sang suami sebagai kepala daerah.
Menurut dia, ketika seseorang memiliki suami yang bekerja di bidang birokrasi, maka sang istri harus turut serta didalamnya. Hal itu juga menjadi cara untuk menambah pengetahuan. Saat ini, ia tak hanya menjabat sebagai ketua Tim Penggerak  PKK Jabar, tetapi juga sebagai ketua Dekranasda Jabar, dan Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat periode 2010 hingga sekarang. 
Kepada For Her dia mengungkapkan, secara umum peran istri adalah pendamping bagi suaminya. Utamanya untuk tugas-tugas rumah tangga dan pengasuhan. “Bagaimana pun ketika bicara tentang rumahtangga dan anak-anak porsi waktu lebih besar adalah ibu dalam hal ini saya. Fokus utama menjaga keutuhan keluarga sehingga mereka tumbuh secara optimal, tanpa harus disibukkan dengan kesibukan poltik dan pemerintahan,” ungkapnya saat ditemui usai menjadi narasumber seminar di PW Salimah Kalbar yang bertemakan Peran Perempuan dan Organisasi Dalam Membangun Ketahanan keluarga di Grand Mahkota Hotel pada Sabtu (4/2)
Alumni S3, Ilmu Pemerintahan, Universitas Padjajaran ini mengatakan, sebagai seorang istri, ia selalu mendukung pilihan suaminya. “Apapun yang menjadi pilihannya, selama itu bisa mendatangkan kebaikan dan memberikan manfaat yang luas ia akan mendukung. Tapi dengan warning saya tidak ingin menyisakan masa yang suram bagi anak-anak saya. Saya selalu mengingatkan jangan sampai salah menetapkan kebijakkan berujung pada perkara hukum. Itu hal yang selalu ditekankan,” jelasnya
Netty mengatakan, tidak ada sesuatu yang berubah signifikan setelah sang suami menjadi gubernur. “Tidak pernah terbayangkan oleh saya menjadi istri gubernur. Tidak ada perubahan yang signifikan dalam keluarga kami. Sejak dulu saya dan anak-anak membangun rumah tangga cukup sederhana dan tidak berlebihan,” ulasnya.

Jika kemudian menjadi kepala daerah justru menyisakan masalah buat keluarga, dia tidak bisa menerima  hal itu. Bagaimana pun, kata dia akan melindungi masa depan anak-anaknya dengan cara selalu mengingatkan suami. “Anak-anak juga punya sikap kritis. Dikasih uang jajan mereka bertanya ini uang dari mana, hasil korupsi atau bukan,” bebernya.

Netty juga berbagi pengalaman tentang pola asuh terhadap 6 orang anaknya. Pola pengasuhan yang diterapkan mengombinasikan tiga pendekatan awal yakni otoritatif, demokatis dan edukatif. “Jadi sebagai orang tua, kami membebaskan pilihan kepada anak, tetapi juga memberikan penjelasan serta alasan kenapa itu boleh kenapa tidak. Sehingga kami tidak ingin ada situasi yang membuat anak tertekan dengan orang tua,”
Termasuk halnya dalam memilih sekolah. Anak-anaknya diberikan kebebasan untuk memilih sesuai dengan keinginan, minat dan bakat mereka. Cara demokratis kepada anaknya merupakan tauladan dari cara berkomunikasi Netty dengan suami.
Bagi Netty, membangun rumah tangga merupakan upaya untuk meningkatkan kerja sama di lingkungan keluarga. Pekerjaan keluarga selama ini, menjadi tanggungan bersama antara istri dan suami. “Peran kita dirumah tidak bisa digantikan. Anak mau tidur tidak bisa digantikan dengan pembantu. Ketika saya banyak diluar, saya bagi tugas dengan suami,” katanya.

Menurut dia, dalam keluarganya, tidak ada pembagian tugas yang ekstream. Siapa yang bisa membantu maka dialah yang mengerjakannya jika salah satunya sibuk. “ Jika ada urusan sekolah anak, kalau saya tidak bisa, maka saya komunikasikan ke bapak. Jika bapak ada waktu, beliau yang pergi. Misalnya lagi ketika saya lagi nanggung menulis, sementara saya ingin minum teh, saya minta bapak yang buatkan. Hal seperti itu wajar banget dalam keluarga saya. Tidak ada pembagian tugas ekstream,” terang dia.

Dia dan suami juga sepakat, kalau ada masalah siapa yang buat gara-gara, maka salah satunya berlomba lomba mencairkan suasana. “Kalau saya buat gara-gara suami saya nelepon, tanya saya lagi dimana, ngobrol. Kalau suami buat salah,saya nelpon akhirnya cair lagi,” terangnya.

Menyadari waktu yang terbatas, pola liburan keluarganya pun sudah berbeda dengan sebelumnya. “Dulu dari kuantitas lebih sering, akhir pekan makan bareng, ke toko buku bareng. Sekarang bisa dihitung jari. Diantara kesibukan itu ada suasana atau situasi yang kami bangun, agar menghadirkan kualitas. Seperti shalat berjamaah, diskusi keluarga. Hal itu menjadi suatu kebersamaan yang tentu saja mengisi dan menghubungkan sesama anggota keluarga."

Aktif di Bidang Sosial dan Perempuan
Dalam aktivitasnya, Netty juga mengisi berbagai seminar tentang peran perempuan dalam rumah tangga. Ini pula yang menjadi alasan Netty datang ke Pontianak. Ia memenuhi undangan dari Persaudaraan Muslimah (Salimah) Kalbar sebagai narasumber.

Ini bukanlah pengalaman pertama Netty ke Kalbar. Sebelumnya ia juga pernah melintasi tanah khatulistiwa ini saat menjemput 14 warganya yang menjadi TKI bermasalah di Malaysia. “ Saat itu ada 14 warga saya yang tidak memiliki kelengkapan dokumen. Mengetahui informasi itu, saya meminta petugas untuk membawanya pulang. Pada saat itu saya yang turun langsung menjemput mereka,” ujarnya.
Dilansir dari www.nettyheryawan.com, Netty merampungkan studi S2-nya di Universitas Indonesia mengambil jurusan kajian wanita. Sejak duduk di bangku SMAN 14 Jakarta, Netty cukup gemar dengan kegiatan aktivis. Sejak di bangku SMA hingga perguruan tinggi, Netty selalu mengikuti kelompok-kelompok aktivis, khususnya di bidang sosial dan perempuan.
Netty dinikahi Aher pada tanggal 13 Januari 1991. Percintaannya terbangun di dunia aktivis. Sebelum menikah, Netty bersama Heryawan terlebih dulu membuat kesepakatan. Salah satu komitmen yang mereka bangun, yaitu keduanya sama-sama diberi keleluasaan berkiprah di tengah masyarakat.
Ternyata, Netty masih sempat ke dapur untuk memasak makanan kesukaan suami dan anak-anaknya. Tempe goreng, gurame asam manis, sayur asem, dan ayam bakar menjadi menu yang kerap dimasak oleh Netty.
Bagi Netty, sepanjang kita semua bisa berkomitmen dan bekerja sama, maka sesibuk apa pun aktivitasnya bisa dijalani secara maksimal. Intinya, membangun rumah tangga dan masyarakat yang berkualitas merupakan satu kesatuan yang harus dijalankan.



Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: