“Siska, andai saja aku tak terlalu buru-buru.
Mungkin saja kita masih tetap bersama saat ini.
Melewati hari-hari bersama. Hemm,maaf jika aku sudah menyakitimu,”
Suasana sepi, tapi tidak dengan Riko. Sejak tadi hatinya
terus dipenuhi bayangan-bayangan sang mantan. Meskipun itu membuatnya sakit.
Sakit, saat harus mengingat keputusannya yang tidak tepat. Tiga bulan yang
lalu, Riko terpaksa memutuskan sang pacar, untuk melabuhkan hatinya pada wanita
yang baru ia cintai. Mungkin itulah namanya cinta, datang tak dijemput pulang
tak di antar. Namun sayang, cinta yang diharapkan tak kunjung berlabuh. Riko
harus menelan pahit atas keputusannya itu. Pacar hilang, cinta yang baru
tinggal angan-angan. Belum sempat jadian, Riko sudah harus kehilangan.
Malam itu, Riko tak kuasa menahan rindu pada sosok wanita
yang dikenalnya tiga tahun yang lalu. Meskipun jalinan kasih baru terbina
setahun. Pikirannya dipenuhi kenangan-kenangan manis, dari makan bersama, jalan
berdua, hingga kenangan bahagia yang kembali datang disaat hatinya sedang
galau. Itulah yang dikatakan banyak orang, kehilangan baru terasa disaat dia
sudah pergi. Apakah untuk sementara atau untuk selamanya.
Di atas tempat tidurnya, Riko hanya bisa menatap wajah sang
mantan. Masih tersisa satu foto dia, itupun secara tidak sengaja ia temukan di
laci kerjanya. “Siska, andai saja aku tak terlalu buru-buru. Mungkin saja kita
masih tetap bersama saat ini. Melewati hari-hari bersama. Hemm,maaf jika aku
sudah menyakitimu,” Ucap Riko yang sejak sejam yang lalu sulit memejamkan
matanya. Padahal biasanya, pukul. 21.00 saja dia sudah hilang dalam peraduan
bersama mimpi dan angan-angan.
Riko pun mengambil HP pintar miliknya. Mencari nomor yang
bisa diajak komunikasi. Satu nama yang ia pilih. Rina, sahabatnya semasa
sekolah dulu. Bagi Riko saat ini hanya Rina yang bisa mendengarkan keluh
kesahnya. Meskipun hanya menjadi pendengar setia.
“Lagi apa, dimana?”, tulis Riko melalui media sosial
blackberry messenger miliknya.
”Di kantor, kerja,” balas Rina.
”Di kantor, kerja,” balas Rina.
Obrolan pun terus berlanjut, hingga kemudian Riko mulai
mencurahkan rasa yang membuatnya tidak bisa tidur.
“Kenapa ya, akhir-akhir ini aku selalu terungan Siska. Aku
teringat dengan kenangan manis bersamanya,”
“Mungkin karena kau masih cinta. Itulah yang dikatakan
orang, rasa kehilangan baru muncul setelah dia pergi. Lalu apa yang akan kamu
lakukan sekarang, mengajaknya balikkan?
“Mana mungkin, saat ini dia telah menjadi milik orang lain.
Sulit buatku untuk kembali lagi, terlebih saat itu akulah yang memutuskan dia.
Tapi entahlah, malam ini aku mengingat dia,” ungkapnya.
“Kenapa tak berusaha berkomunikasi lagi dengannya, mungkin
saja ada peluang untukmu,” saran Rina.
“Ah sudahlah, aku tak kuasa untuk mengganggu kebahagian
orang lain. Biarlah dia bahagia dengan cintanya sekarang ini,”
Secara tiba-tiba, Riko pun dikagetkan dengan balasan dari
Rina.
”Sebenarnya sebelum kau BBM, aku sudah ingin membicarakan hal ini, namun khawatir ada kesalahpahaman. Tapi rasanya perlu buatku mengatakan ini,”
”Sebenarnya sebelum kau BBM, aku sudah ingin membicarakan hal ini, namun khawatir ada kesalahpahaman. Tapi rasanya perlu buatku mengatakan ini,”
“Tentang apa? temanku satu ini kok bikin penasaran,”
Rina pun mengungkapkan hal yang sangat mengejutkan.
Komunikasi diantara keduanya selama ini ternyata membekas di hati Rina. Rina
mulai tidak nyaman dengan kondisi sekarang ini. Begitulah sosok Rina. Tak mampu
memedam hal yang membuat pikirannya tak menentu.
“Beberapa hari ini, aku selalu teringat dirimu. Bukan karena
aku cemburu. Aku bahagia bila sahabat baikku bahagia. Hanya saja, ketika aku
berdoa, yang muncul adalah kamu. Aku yakin ini hanya kebetulan semata. Aku tak
ingin ini semakin membuatku tidak nyaman,”
“Lalu?,” cecar Riko yang masih tak mengerti maksud Rina.
“Aku minta kamu tak lagi berkomunikasi dengan ku untuk
sementara waktu. Sementara waktu saja. Aku ingin menormalkan kembali pikiranku
saat ini. Aku rasa ada yang tidak “sehat”. Aku tak ingin ini merusak
persahabatan kita,” jelasnya.
Rina memang pernah mengagumi sosok Riko. Ia kagum karena
kecerdasan Riko. Tidak lebih. Rina pun membantu Riko untuk mendekati wanita
yang menjadi pujaan. Wanita itu pun adalah teman mereka berdua. Sayangnya, Riko
gagal meraih cintanya. Lantaran sang wanita pujaan terlanjur kecewa. Sebab dia
tahu, Riko telah memutuskan cinta yang lain demi dia.
“Kenapa dia memilih aku, padahal dia sebelumnya sudah memiliki
pacar. Secepat itu kah dia move on, lalu berpaling dariku. Itu sama saja aku
merebut pacar orang lain. Aku ini dianggap apa nantinya,” beber Tanti saat
bercerita pada Rina, alasannya menolak cinta Riko. Rina tak mampu berbuat
banyak. Hanya membantu semampunya, sebab tak ada yang bisa membolak-balikkan
hati manusia selain Tuhan, sang penciptanya.
Kini Riko masih tak mengerti dengan isi BBM Rina. Dia tidak
paham kenapa itu menjadi persoalan.
”Kenapa harus putus komunikasi?” kembali ia bertanya pada Rina.
”Kenapa harus putus komunikasi?” kembali ia bertanya pada Rina.
“Aku juga tidak mengerti, yang jelas tolong beri aku waktu.
Aku juga akan memblokir FB dan sosmedmu yang lain. Sampai semuanya normal
kembali,”
Riko pun harus menelan rasa bingung. Niat hati ingin curhat,
namun yang didapat persoalan yang seharusnya tak jadi masalah. Itu kemudian
berlangsung hingga seminggu pun berlalu.
Di akun facebooknya, Rina menuliskan ungkapan yang
melahirkan banyak tafsir. Riko pun tak kuasa mengartikannya. Khawatir salah
tafsir.
Legaaa..
Begitulah yg dirasakan ketika kejujuran tersampaikan..
Selanjutnya terserah pada yg memikirkan,terpenting kebaikan yg menjadi tujuan..
Tak ingin berbasa-basi yg pd akhirnya
menyakiti diri..Begitulah yg dirasakan ketika kejujuran tersampaikan..
Selanjutnya terserah pada yg memikirkan,terpenting kebaikan yg menjadi tujuan..
Tak ingin bersandiwara yg akhirnya menjadi lara..
Satu harapan.. ttap seperti sedia kala.. meski butuh waktu beberapa lama
Kini kau akan tertawa bahkan mungkin lebih keras dari yg sebelumnya..
Demikian pula saya.. ingin rasanya terbahak bahak pada setiap angin malam yg menyapa..
semoga dipahami dengan bijaksana.. biarkan Tuhan yg mengatur segalanya.
Pontianak, 9 sep '05
#mencoba memahami diri
***
Seminggu kemudian.
Ketika asyik bersantai di warung kopi dekat kantornya. Riko
terkaget-kaget. Ada
seseorang yang meng-invite BBM-nya bertuliskan Rina Sandiora. Dia tahu persis
siapa wanita ini. Dialah sahabatnya yang seminggu lalu memintanya untuk tak
menghubungi dia. Bahkan menghapus semua kontaknya. Baik nomor telepon maupun
sosial media.
Hari itu, Rina juga meminta pertemanan di FB, Path, line, IG
miliknya. Riko semakin tak mengerti. Tapi dia senang, itu artinya dia bisa
menjalin persahabatan lagi. Tapi Riko kembali dibuat penasaran, ketika dengan
isi SMS Rina yang barusan masuk ke HPnya. “Aku kirim sesuatu di email, dibaca
ya,”
Saat itu, Riko mendapatkan kiriman sebuah tulisan yang
dibuat Rina. Riko pun tersenyum tak percaya. Sahabatnya itu bisa memperlakukan
hal ini padanya. Ternyata, Rina meminta Riko tak menghubunginya, karena Rina
ingin menuliskan sebuah cerpen. Rina sedang belajar membuat karya sastra. Tapi
dia baru bisa terinspirasi jika itu dibuat seolah nyata. “ Maaf ya, yang
kemarin tak usah diambil hati. Kemarin ketika kamu curhat, otak saya mulai
berpikir, kenapa tidak dijadikan cerita pendek saja. Terima kasih atas
inspirasinya. Soo,,, ini hanya yang pertama dan terakhir kok. Selanjutnya akan
mencari korban yang lain,” bunyi SMS Rina, yang kemudian membuat semuanya
kembali seperti biasa. Tetap menjadi sahabat, dan mendengar segala curhat.
Pontianak,
10 September 2015
Di ruang kerja, Lantai 5.
Edisi belajar buat cerpen.
Tks yang sudah menginspirasi. Maaf membingungkan.
Tks yang sudah menginspirasi. Maaf membingungkan.
0 komentar:
Posting Komentar