Rahasia Sepekan





Siska, andai saja aku tak terlalu buru-buru.
Mungkin saja kita masih tetap bersama saat ini.
Melewati hari-hari bersama. Hemm,maaf jika aku sudah menyakitimu,”

Suasana sepi, tapi tidak dengan Riko. Sejak tadi hatinya terus dipenuhi bayangan-bayangan sang mantan. Meskipun itu membuatnya sakit. Sakit, saat harus mengingat keputusannya yang tidak tepat. Tiga bulan yang lalu, Riko terpaksa memutuskan sang pacar, untuk melabuhkan hatinya pada wanita yang baru ia cintai. Mungkin itulah namanya cinta, datang tak dijemput pulang tak di antar. Namun sayang, cinta yang diharapkan tak kunjung berlabuh. Riko harus menelan pahit atas keputusannya itu. Pacar hilang, cinta yang baru tinggal angan-angan. Belum sempat jadian, Riko sudah harus kehilangan.
sumber foto anneahira dot com

Malam itu, Riko tak kuasa menahan rindu pada sosok wanita yang dikenalnya tiga tahun yang lalu. Meskipun jalinan kasih baru terbina setahun. Pikirannya dipenuhi kenangan-kenangan manis, dari makan bersama, jalan berdua, hingga kenangan bahagia yang kembali datang disaat hatinya sedang galau. Itulah yang dikatakan banyak orang, kehilangan baru terasa disaat dia sudah pergi. Apakah untuk sementara atau untuk selamanya.

Di atas tempat tidurnya, Riko hanya bisa menatap wajah sang mantan. Masih tersisa satu foto dia, itupun secara tidak sengaja ia temukan di laci kerjanya. “Siska, andai saja aku tak terlalu buru-buru. Mungkin saja kita masih tetap bersama saat ini. Melewati hari-hari bersama. Hemm,maaf jika aku sudah menyakitimu,” Ucap Riko yang sejak sejam yang lalu sulit memejamkan matanya. Padahal biasanya, pukul. 21.00 saja dia sudah hilang dalam peraduan bersama mimpi dan angan-angan.

Riko pun mengambil HP pintar miliknya. Mencari nomor yang bisa diajak komunikasi. Satu nama yang ia pilih. Rina, sahabatnya semasa sekolah dulu. Bagi Riko saat ini hanya Rina yang bisa mendengarkan keluh kesahnya. Meskipun hanya menjadi pendengar setia.

“Lagi apa, dimana?”, tulis Riko melalui media sosial blackberry messenger miliknya.
”Di kantor, kerja,” balas Rina.
Obrolan pun terus berlanjut, hingga kemudian Riko mulai mencurahkan rasa yang membuatnya tidak bisa tidur.

“Kenapa ya, akhir-akhir ini aku selalu terungan Siska. Aku teringat dengan kenangan manis bersamanya,”
“Mungkin karena kau masih cinta. Itulah yang dikatakan orang, rasa kehilangan baru muncul setelah dia pergi. Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang, mengajaknya balikkan?
“Mana mungkin, saat ini dia telah menjadi milik orang lain. Sulit buatku untuk kembali lagi, terlebih saat itu akulah yang memutuskan dia. Tapi entahlah, malam ini aku mengingat dia,” ungkapnya.
“Kenapa tak berusaha berkomunikasi lagi dengannya, mungkin saja ada peluang untukmu,” saran Rina.
“Ah sudahlah, aku tak kuasa untuk mengganggu kebahagian orang lain. Biarlah dia bahagia dengan cintanya sekarang ini,”

Secara tiba-tiba, Riko pun dikagetkan dengan balasan dari Rina.
”Sebenarnya sebelum kau BBM, aku sudah ingin membicarakan hal ini, namun khawatir ada kesalahpahaman. Tapi rasanya perlu buatku mengatakan ini,”
“Tentang apa? temanku satu ini kok bikin penasaran,”
Rina pun mengungkapkan hal yang sangat mengejutkan. Komunikasi diantara keduanya selama ini ternyata membekas di hati Rina. Rina mulai tidak nyaman dengan kondisi sekarang ini. Begitulah sosok Rina. Tak mampu memedam hal yang membuat pikirannya tak menentu.

“Beberapa hari ini, aku selalu teringat dirimu. Bukan karena aku cemburu. Aku bahagia bila sahabat baikku bahagia. Hanya saja, ketika aku berdoa, yang muncul adalah kamu. Aku yakin ini hanya kebetulan semata. Aku tak ingin ini semakin membuatku tidak nyaman,”

“Lalu?,” cecar Riko yang masih tak mengerti maksud Rina.
“Aku minta kamu tak lagi berkomunikasi dengan ku untuk sementara waktu. Sementara waktu saja. Aku ingin menormalkan kembali pikiranku saat ini. Aku rasa ada yang tidak “sehat”. Aku tak ingin ini merusak persahabatan kita,” jelasnya.

Rina memang pernah mengagumi sosok Riko. Ia kagum karena kecerdasan Riko. Tidak lebih. Rina pun membantu Riko untuk mendekati wanita yang menjadi pujaan. Wanita itu pun adalah teman mereka berdua. Sayangnya, Riko gagal meraih cintanya. Lantaran sang wanita pujaan terlanjur kecewa. Sebab dia tahu, Riko telah memutuskan cinta yang lain demi dia.

“Kenapa dia memilih aku, padahal dia sebelumnya sudah memiliki pacar. Secepat itu kah dia move on, lalu berpaling dariku. Itu sama saja aku merebut pacar orang lain. Aku ini dianggap apa nantinya,” beber Tanti saat bercerita pada Rina, alasannya menolak cinta Riko. Rina tak mampu berbuat banyak. Hanya membantu semampunya, sebab tak ada yang bisa membolak-balikkan hati manusia selain Tuhan, sang penciptanya.

Kini Riko masih tak mengerti dengan isi BBM Rina. Dia tidak paham kenapa itu menjadi persoalan.

”Kenapa harus putus komunikasi?” kembali ia bertanya pada Rina.
“Aku juga tidak mengerti, yang jelas tolong beri aku waktu. Aku juga akan memblokir FB dan sosmedmu yang lain. Sampai semuanya normal kembali,”

Riko pun harus menelan rasa bingung. Niat hati ingin curhat, namun yang didapat persoalan yang seharusnya tak jadi masalah. Itu kemudian berlangsung hingga seminggu pun berlalu.
Di akun facebooknya, Rina menuliskan ungkapan yang melahirkan banyak tafsir. Riko pun tak kuasa mengartikannya. Khawatir salah tafsir.

Legaaa..
Begitulah yg dirasakan ketika kejujuran tersampaikan..
Selanjutnya terserah pada yg memikirkan,terpenting kebaikan yg menjadi tujuan..
Tak ingin berbasa-basi yg pd akhirnya menyakiti diri..
Tak ingin bersandiwara yg akhirnya menjadi lara..
Satu harapan.. ttap seperti sedia kala.. meski butuh waktu beberapa lama

Kini kau akan tertawa bahkan mungkin lebih keras dari yg sebelumnya..
Demikian pula saya.. ingin rasanya terbahak bahak pada setiap angin malam yg menyapa..

semoga dipahami dengan bijaksana.. biarkan Tuhan yg mengatur segalanya.
Pontianak, 9 sep '05
‪#‎mencoba memahami diri

***

Seminggu kemudian.
Ketika asyik bersantai di warung kopi dekat kantornya. Riko terkaget-kaget. Ada seseorang yang meng-invite BBM-nya bertuliskan Rina Sandiora. Dia tahu persis siapa wanita ini. Dialah sahabatnya yang seminggu lalu memintanya untuk tak menghubungi dia. Bahkan menghapus semua kontaknya. Baik nomor telepon maupun sosial media.

Hari itu, Rina juga meminta pertemanan di FB, Path, line, IG miliknya. Riko semakin tak mengerti. Tapi dia senang, itu artinya dia bisa menjalin persahabatan lagi. Tapi Riko kembali dibuat penasaran, ketika dengan isi SMS Rina yang barusan masuk ke HPnya. “Aku kirim sesuatu di email, dibaca ya,”

Saat itu, Riko mendapatkan kiriman sebuah tulisan yang dibuat Rina. Riko pun tersenyum tak percaya. Sahabatnya itu bisa memperlakukan hal ini padanya. Ternyata, Rina meminta Riko tak menghubunginya, karena Rina ingin menuliskan sebuah cerpen. Rina sedang belajar membuat karya sastra. Tapi dia baru bisa terinspirasi jika itu dibuat seolah nyata. “ Maaf ya, yang kemarin tak usah diambil hati. Kemarin ketika kamu curhat, otak saya mulai berpikir, kenapa tidak dijadikan cerita pendek saja. Terima kasih atas inspirasinya. Soo,,, ini hanya yang pertama dan terakhir kok. Selanjutnya akan mencari korban yang lain,” bunyi SMS Rina, yang kemudian membuat semuanya kembali seperti biasa. Tetap menjadi sahabat, dan mendengar segala curhat.

Pontianak, 10 September 2015
Di ruang kerja, Lantai 5.
Edisi belajar buat cerpen.
Tks yang sudah menginspirasi. Maaf membingungkan.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: