Hilangnya Fungsi Sebuah Keluarga

Tulisan ini terinspirasi dari lomba yang diselenggarakan BKKBN Perwakilan Kalbar tentang Ungkapan Kasih kepada Keluarga. Lomba ini mengetuk hati saya, seberapa jauh saya mengenal dan mencintai keluarga saya. Tapi bukan itu yang menjadi fokus tulisan saya, melainkan keprihatinan saya terhadap kasus yang melibatkan keluarga sebagai pelaku.

Beberapa hari terakhir kita disajikan pemberitaan mengenai pembunuhan terhadap Angeline. Gadis kecil yang tak berdosa harus meregang nyawa dan mengubur segala harapannya. Dari kasus tersebut sang ibu angkat menjadi tersangka karena telah menelantarkan anaknya. Tentunya ini sangat memprihatinkan, bagaimana seorang ibu membiarkan anak sekecil Angeline  kehilangan hak-haknya. Meskipun ia anak angkat, bukan berarti bebas diperlakukan semena-mena. Bukankah fungsi keluarga saling melindungi, mengasihi, menyayangi dan mengayomi. Angeline hanya satu dari sekian banyak anak yang harus menjadi korban kekerasan dalam rumahnya sendiri.

Banyaknya kasus kekerasan yang melibatkan anggota keluarga, tentu menjadi fenomena besar bagi bangsa ini. Jangankan diluar, di dalam rumah sendiri pun orang tak lagi bisa hidup tenang. Jangankan orang lain, sekarang ini banyak kasus pemerkosaan yang pelakunya ayah kandung sendiri. Bagaimana anak bisa aman dari orang lain, jika dengan orang tua saja hidupnya terancam.

Tak sekedar pembunuhan dan pemerkosaan saja, perebutan harta pun bukan lagi barang baru bagi bangsa ini. Banyak kasus baru-baru ini yang sangat mencengangkan kita. Anak menuntut orang tua, anak memenjarakan ibu. Orang tua menuntut anak, dan kasus sejenis lain. Lantas apakah ini berarti fungsi sebuah keluarga sudah hilang? Lalu jika dirumah sendiri tak lagi aman, harus kemana lagi tempat berlindung?

Belum lagi kekerasan psikologis yang terjadi dalam rumah tangga. Orang tua kerap bertengkar, perceraian yang membuat anak menjadi korban, kekerasan dalam rumah tangga. Dalam rumah seperti “neraka” yang setiap kali bertemu perang tak berkesudahan. Itukah yang dinamakan keluarga?
Belum lagi kesibukkan orang tua, sehingga tak tahu anak keluyuran entah kemana. Terpenting kebutuhan materi terpenuhi, padahal anak juga butuh disayangi. Antar keluarga tak lagi saling peduli, satu ke kanan satu ke kiri. Makan bersama pun sudah jarang sekali.

Lantas apakah harus pesimis dengan keluarga? Jelas tidak. Apapun didunia ini, kita membutuhkan keluarga. Kita hadir di dunia ini karena adanya keluarga. Menjalankan kehidupan tentu tak lepas dari peran keluarga. Dalam istilah orang melayu Pontianak  mengatakan “ Sejahat-jahatnye keluarge, pasti ade saat kite susah”.

Banyak orang yang sukses dan memiliki  banyak kawan, tetapi ketika dia terpuruk, kawan  pun entah kemana. Tapi tidak dengan keluarga. Sebab Allah sudah berikan masing-masing orang hati yang memiliki keterikatan emosional antara satu dan yang lainnya. Ibarat tangan, luka satu jari luka pula semuanya. Keluarga tak khan tega melihat kita sengsara. Meski kesal, mereka tetap ulurkan tangan tuk membantu. Meski ngomel, siap sedia berbagi. Kate orang Melayu, tak sampai hati.

Inilah yang menjadi PR kita semua, bagaimana menciptakan keluarga yang sesuai dengan hakikatnya. Menjadikan keluarga bagian dari hidup, sehingga khan merasa senang disaat keluarga senang, dan merasa susah disaat keluarga susah. Keluarga bukanlah persaingan, yang membuat kita menjadi pecah belah. Intinya bagaimana saling menjaga anggota keluarga agar tak terjerumus dalam godaan dunia yang menimbulkan bencana. Ini sudah menjadi tanggung jawab kita semua, lebih-lebih dalam kemajuan dunia yang sering kali tak lagi mempedulikan keselamatan bangsa.

Jangan pernah menyesali apapun keadaan keluarga. Itulah takdir Tuhan yang harus diterima. Kaya miskin bukanlah menjadi persoalan. Banyak keluarga kaya namun harus jatuh miskin, dan sebaliknya banyak keluarga miskin menjadi kaya. Itu artinya kekuatan keluarga bukan bergantung dari materi, tetapi bagaimana  mereka membangun keharmonisan dalam rumah tangga. Sulit? Itu pasti, apapun dalam dunia ini pasti memiliki tantangan, termasuk menciptakan sebuah keluarga yang ideal menuju bahagia.

Saya bersyukur, saya terlahir dengan keluarga inti yang lengkap. Saya memiliki kedua orang tua dan lima orang saudara. Tak dipungkiri, pertengkaran, salah paham mewarnai keluarga kami. Tapi tak lantas membuat kami memutuskan silaturahim, terutama antara saudara sebab kami terlahir dalam satu rahim. Bahkan kini keluarga saya bertambah. Ada saudara ipar dan satu persatu keponakan saya lahir. Mereka mengisi hari-hari di keluarga kami. Bahkan kini ada yang sudah beranjak remaja.

Keluarga adalah segalanya buat saya. Yang terbaik tentu selalu dipanjatkan dalam doa, agar keluarga kami selalu dalam lindungan Allah. Sebab dunia ini penuh dengan liku, jika tak hati-hati dan bersabar, hubungan keluarga menjadi kaku. Dalam usianya yang sudah tak lagi muda, orang tua saya akan selalu gembira saat cucu-cucu mereka datang. Tak perlu membawa buah tangan, tak harus membawa bingkisan, tak juga harus memberi uang. Cukup kehadiran mereka saja sudah mampu mengukir senyum indah mereka. Saya yakin, banyak pula kakek-nenek lain yang merasakan hal sama. Bahkan cintanya terhadap sang cucu jauh lebih besar terhadap anak-anaknya.

Ada satu acara ditelevisi yang masih saya ingat sampai saat ini, yakni Keluarga Cemara. Bagaimana satu keluarga harus saling membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Abah yang hanya tukang becak, emak ibu rumah tangga, sementara ketiga anaknya masih sekolah. Demi menambah kebutuhan rumah tangga, emak membuat opak, sementara yang menjual adalah anak-anaknya.  Tapi mereka mampu mengatasi setiap persoalan yang dihadapi dalam keluarganya.

Cerita lainnya ada di Film Si Doel Anak Sekolahan. Film ini sampai saat ini biasa diputar di RCTI. Entah tahun berapa film ini di produksi. Dalam Film ini, jalinan keluarga sangatlah erat. Bagaimana perjuangan orang tua agar anaknya menjadi Sarjana. Tergambarkan pula bagaimana satu sama lain saling membutuhkan.

Pontianak, Sudut Kamar 22/6/15
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: