Andai
saya boleh menggunakan istilah syahrini, wisuda kali ini sepertinya
sesuatu banget. Bagaimana tidak sesuatu yang sudah lama saya impikan.
Mungkin bukan hanya saja saya yang mengimpikannya, boleh jadi masih
bayak teman-teman yang terharu, bahkan sedih karena belum bisa
ditunaikan hajatnya.
Salah? Tidak. Itu bukanlah kesalahan, tapi
yakinkan diri bahwa ketetapan Allah itu tiada yang bisa mengubahnya.
Lantas apa karena itu kita hanya berdiam diri?? Juga tidak. Setiap
keinginan, setiap niat yang baik juga harus d imbangi , diiringi dengan
usaha mendapatkannya. Selanjutnya setelah impian itu nyatanya belum juga
terwujud hingga target yang kita tentukan, jangan lalu menjadi putus
asa. Memasang target itu tidak bayar jika itu dilakukan di hadapan
Allah. Salah jika kemudian target tidak tercapai, lalu uring-uringan
,malas, untuk kemudian menyingkir jauh untuk menyelesaikannya.Toh setiap
kesulitan ada kemudahan. Allah bersama orang yang sabar.
Ini lah
yang kemudian kesabaran kita di uji. Ada yang butuh lima tahun, enam
tahun, bahkan ada yang sepuluh tahun menyelesaikan studinya. Ini yang
saya dengar dari Kepala Jurusan Tarbiyah PAI , Dra. Yusdiana M.Si dalam
sambutannya menyampaikan laporan kepada lembaga.
Sepuluh tahun
bukan berarti waktu yang cukup singkat. Ada banyak kesempatan yang bisa
di raih dalam rentang waktu tersebut. Lantas sudah kah anda menghitung
hikmah yang bisa dipetik dari retang waktu itu??? Bagi saya ,dua tahun
setelah semester 8, ketika harus bolak balik mengajukan judul. Hingga
setahun menjelang, bahkan memasuki semster 11 saya baru bisa mencapai
gelar itu. Lantas ketika saya terpuruk, saya hanya bisa menangis. Lalu
kemudian Tuhan membangunkan saya dengan hikmah yang luar biasa. Ketika
terpaan cobaan menghinggap, ada angin yang meniupnya. Membawa saya pada
kebahagian yang tidak bisa dirasakan banyak orang. Kesempatan yang luar
biasa itu akan menjadi kenangan berharga. Hingga saya harus dan harus
mengucap syukur padanya. Alhamdulillah. Begitu mulia anugrahNya. Begitu
indah hikmahNya. Begitu syahdu obat kegalauan hati ini.
Lantas,
kemarin, tanggal 3 Desember 2013. Disaat teman-teman anggota Club
Menulis STAIN Pontianak, tengah asyik mengikuti kegiatan melayu gemilang
yang di adakan oleh MABM Kalimantan Barat. Ada kekecewaan dihati. Dua
hari yang sama, yakni tanggal 2-3 Desember kegiatan itu berlangsung.
Sementara saya tidak bisa mengikuti kesempatan berharga itu, sebab saya
harus mengikuti yudisium dan rapat senat terbuka lebih tepatany di
wisuda. Saya yakin, kesempatan luar biasa itu, memang tidak untuk kali
ini. Yang terpenting membuat orang tua tersenyum atas keberhasilan
anaknya. Meski sekali lagi, keberhasilan itu adalah relatif.
Betapa
senangnya mereka, disaat menyaksikan sang anak di wisuda meski ada
sebagian orang yang menggangap itu hanya pemindahan kuncir semata, pun
dalam pidatonya kemarin Dr. Hamka Siregar mengatakan bahwa “ Mahasiswa/i
saya juga bisa melakukannya sendiri”, tapi lanjut beliau ini semacam
momen penting bagi banyak orang. Terutama bagi kedua orang tua.
Susah
payah mereka mengais rezeki, memberikan kepercayaan kepada sang anak
untuk mengemban amanah, menjadi seorang sarajana. Meski kedepannya,
bukan berarti itu adalah harapan yang sudah usai. Masih ada banyak
harapan-harapan yang mereka impikan.Yang terpenting bagi mereka
keberhasilan buat anak, adalah untuk anak itu sendiri. Mereka tentu
menyadari dengan usia yang tak lagi muda. Tentunya mereka ingin
kehidupan anaknya lebih baik dari mereka.
Kepada orang
tua, ku mohon sujud beribu ampun. Impian ini alhamdulillah mampu di
wujudkan, meski tak ada prestasi, tak ada kebahagian berarti. Yang ada
hanya ungkapan kata lulus, yang semua itu mampu mengukir senyum indah di
wajahmu.
Ingat dulu, ketika banyak orang yangmenyeringai miris
dengan hal ini. Ketidak yakinan kalau kita bisa meraihnya. Tapi
kekuatan cinta itu , kepercayaan yang Kalian berikan, perjuangan yang
Kalian pikul, satu persatu meluluhkan hal itu.
Kini,
izinkan anakmu untuk mampu membawa amanah ini , untuk mampu memberikan
secuil kebahagian, meski sadar tidak sepenuhnya saya mampu membalasnya.
Bulir-bulir
di matamu, menetes indah di raut wajah Kalian yang begitu ceria, di
hiasi senyuman yang membuat saya semakin yakin bahwa Kalian tak minta
banyak, ketika saya lulus dengan gelar itu, ketika gelar itu membawa
saya pada ruang kesuksesan nanti itu sudah cukup. Padahal semua itu
bukan untuk Kalian, tapi untuk saya.
Ya Allah, ingin rasanya
membiarkan kebahagaian ini berlangsung lama. Agar Mereka bisa
menikmatinya lebih lama lagi. Aku ingin senyum itu terus mengukir indah
di wajah mereka. Meski saya sadar, saya harus menjalani kehidupan sesuai
dengan amanahMu. Sesuai dengan kehendakMU. Tentu tak selamanya berjalan
dengan mulus. Ini adlah langkah awal yang kau tunjukkan, masih abnyak
levl2 selanjutnya yang harus saya lewati. Meski keinginan membuat mereka
bahagia adalah satu impian yang tak pernah mati. InsyaAllah. Amin.
Rerintik Hujan
4 Desember 2013-12-04
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar