Perubahan Kurikulum


Dunia pendidikan saat ini tak kalah eksisnya dengan dunia intertaiment. Diberbagai media kerap memberitakan problema yang dihadapi oleh dunia pendidikan.  Mulai dari krisis moral atau dehumanisme dikalangan peserta didik.  Pengaruh globalisasi dan kuatnya perkembangan arus tekhnologi yang mewarnai dunia saat ini.
Sebuah kasus yang diberitakan di media televisi. Sejumlah pelajar melakukan arisan seks.  Hal ini tentunya bukan persoalan yang mesti dikesampingkan, apalagi belum lama ini ada dugaan siswi SMP yang terlibat dalam kasus perdagangan manusia. Persoalan ini jika tidak ditindak secara cepat, tidak menutup kemungkinana berdampak pada siswa lainnya. Sebab remaja itu cenderung meniru dan ingin mencoba, untuk itu perlu adanya penanaman dalam diri siswa untuk mammpu memfilter apa yang boleh dan tidak dilakukan.
Di tengah maraknya isu-isu masalah pendidikan saat ini di pelbagai media,  ternyata dunia pendidikan kembalai menuai banyak komentar, ada yang pro ada yang kontra. Hal ini didasari kebijakan Menteri Pnedidikan Muhammad Nuh yang mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam merumuskan kurikulum pendidikan yang baru yaitu kurikulum 2013. 
Langkah Menteri Pendidikan dengan mengajak masyarakat berpartisipasi saya pikir itu adalah hal yang baik. Sebab beberapa kali kurikulum pendidikan mengalami perubahan, semuanya tak luput mendapatkan komentar miring, mulai dari gagalnya pelaksanaan kurikulum tersebut hingga ketidak  cocokan untuk kebutuhan peserta didik.
Hl inilah yang seharusnya menjadikan para pakar pendidikan berkesempatan merancang kurikulum yang baik untuk masa depan anak bangsa. Sehingga nantinya permasalahn kurikulum tidak lagi mencuat dimasyarakat. Akan tetapi wajar saja perubahan tersebut banyak menuai pro dan kontra sebab kurikulum sebelumnya yakni kurikulum pendidikan karakter baru seumur jagung. Kini kurikulum akan dirubah kembali. Sehingga rakyat merasakan kejanggalan dengan pergantian kurikulum dalam waktu yang relatif sebentar.
Bagi saya perubahan kurikulum boleh saja dilakukan, asal benar-benar sesuai dengan kebutuhan siswa serta kondisi siswa saat ini. Jangan sampai siswa hanya menjadi kelinci percobaan para pemegang kekuasaan dalam merumuskan kurikulum. Paling tidak, perubahan itu benar-benar terasa manfaatnya bagi dunia pendidikan. Sehingga tidak beredar isu dikalangan masyarakat sebagai peluang bisnis yang berdampak pada beban berat membawa buku paket setiap harinya, belum lagi jumlah mata pelajaran yang begitu banyak. Kurikulum ganti, otomatis buku pegangan siswa diganti pula.
Selain itu yang perlu diperhatikan adalah kompetensi guru. Sebab tidak semua guru mampu beradaptasi dengan kurikulum yang baru. Belum hilang  “rasa Capek” guru mencerna kurikulum yang lama, sudah mesti diganti yang baru.  Apalagi saat ini Guu juga mendapatkan tantangan yang lebih besar . Ibarat kata guru naik sepeda sementara siswa naik motor, artinya  saat ini anak didik lebih duluan mengetahui perkembangan tekhnologi ketimbang gurunya. Hal inilah yang mengharuskan guru mesti tanggap dalam segala hal.
Diharapkan pula perubahan kurikulum tidak hanya berdampak positif untuk sekolah yang berada dipusat kota, melainkan juga bermanfaat untuk sekolah piggiran. Sehingga ada penyetaraan bagi setiap peserta didik, sehingga mampu bersaing dalam kompetisi. Sebab selama ini, kebijakan pendidikan dinilai menganaktirikan sekolah yang ada di pedesaan, sehingga ada kesenjangan antara peserta didik.
Untuk itu, hendaklah perumusan kurikulum yang baru, mampu membawa para peserta didik pada tujuan pendidikan itu sendiri yakni bermartabat, berwatak, dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan yang tak kalah pentingnya yaitu menjadikan manusia yang beriman dan brtakwa.
# Opini yang diikut sertakan dalam Olimpiade STAIN Pontianak  tahun 2012 dalam Lomba Menulis Opini.

Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: