Jangan Berpikir Uang
“Kalau anda bekerja dengan Baik, Insya Allah uang akan datang. Banyak orang yang katanya mencari kerja padahal ia mencari uang”
Sebuah ucapan dari seorang  Pemateri dalam sebuah pelatihan Menulis yang diadakan oleh Club Menulis STAIN Pontianak yang bekerja sama dengan Tribune Institute. Dalam pelatihan itu pemateri mengajak  peserta untuk tidak berpikir uang dalam berkarya.  Seperti Menulis misalnya.
“Menulis jangan cari uang, tapi jika tulisan bagus maka uang akan datang” tambahnya.
Menurutnya  menulis adalah memberi hidup lebih bermanfaat. Memberikan sumbangan berarti meski hidup kita terbatas. Karena sebaik-baiknya manusia adalah orang yang hidupnya bermanfaat .
Hidup menjadi seorang penulis memang bukanlah  cita-cita bagi banyak orang. Banyak yang beranggapan  bahwa menulis itu tidak bisa menghasilkan uang. Tapi beberapa penulis  seperti Asma Nadia adalah bukti bahwa dengan menulis itu bisa banyak mendatangkan uang. Bahkan dengan kepeduliannya terhadap dunia tulis menulis, Ia kerap mengadakan pelatihan menulis. Hal itu pun ditularkan pada anaknya. Kini dunia menulis mampu mengantarkannya keliling berbagai Negara. Tentu sesuatu yang diidam-idamkan banyak orang.
Lain Asma Nadia, lain pula dengan Nur Iskandar yang kerap disapa dengan Bang Nur Is . Penulis asal Pontianak ini sudah meluncurkan beberapa buku biografi para tokoh-tokoh penting.  Bahkan salah satu bukunya mampu meraih rekor MURI . Melalui buku juga, bisa mengantarkannya ke tanah suci.
Jangan tanyakan seberapa banyak uang yang diraih para penulis-penulis ini atas karyanya. Tanyakan seberapa banyak orang yang  telah mengenalnya, dan sejauh mana karyanya bermanfaat bagi banyak orang.
Hal tersebut juga mengingatkan saya pada ucapan Andi Arsane salah satu narasumber di acara RRI yang bertema Culture Menulis. Menurutnya Menulis itu jauh lebih sulit dari bicara, sebab tak ada intonasi yang membantu, tapi jika kebiasaan tidak terbentuk, menulis akan lebih sulit sehingga banyak para penulis terbaik yang kuliah di luar negeri namun setelah pulang cukup banyak yang tidak bisa mempertahankan tulisannya. Lingkungan itu juga berpengaruh.
“Kebiasaan” satu kata kunci yang menjadi penyemangat. Bagaimana kita akan menjadi penulis yang baik, jika kita tidak memulainya, melatihnya hingga kita menjadi terbiasa menulis dan menjadi bagian dari rutinitas. Ala bisa karena terbiasa. Sama seperti ungkapan salah seorang tokoh yang mengatakan bahwa kita baru tahu karya kita jelek jika karya itu sudah jadi.
Andi  juga menambahkan bahwa di Indonesia cukup banyak yang bisa dijual.  seperti kasus bencana, jika diitulis dengan baik bisa menarik untuk kita Share/ berbagi kepada yang lain. Bahkan hal biasa sekalipun.
Salah satu peserta juga sempat bertanya, bagaimana menjadikan karya itu sempurna.  Sempurna adalah harapan bagi setiap seniman, bagi setiap pekarya atas karyanya sendiri. Tapi kesempurnaan itu mesti berproses , meski melalui tahapan. Maka menulislah, sehingga kita bisa mengukur sampai dimana kemampuan kita menulis.
Saya juga pernah ditanya bagaimana tekhnik menulis yang baik. Bingung menjawabnya, sebab baik itu menurut saya relatif. Setiap orang punya gaya tersendiri dalam menulis. Setiap orang punya bacaan tersendiri yang asyik dibaca. Banyak  orang yang mencela hasil karya orang lain, sementara dia sendiri tidak mempunyai karya. Menyalahkan itu adalah hal paling mudah, tidak ada beban. Jangan biarkan ide-ide anda lenyap tak berbekas. Yok Menulis!

Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: