Pantang Larang


Beberapa waktu lalu saya berkunjung ke Blog Pak Ibrahim, direktur Malay Corner STAIN Pontianak, saat itu saya  membaca blognya mengenai suntingan (1 bagian) dari buku Pantang Larang Melayu Kalimantan Barat yang  ditulis oleh: Ibrahim MS, Yusriadi dan Zaenuddin.
Nah beberapa kalimat pantang larang yang saya baca dalam Blog tersebut, juga sering saya dengar ketika saya masih SD, seperti jangan bersiul malam hari nanti hantu ikut-ikutan bersiul, atau tidak boleh mengintip orang yang lagi BAB nanti matanya bintilan. Anak gadis tidak boleh duduk depan pintu, karena akan jauh dari jodoh.
Saya tidak mengerti mengapa pantang larang tersebut berlaku dalam lingkungan sosial saya, siapa yang menciptakannya dan pantang larang tersebut berasal dari mana. Sebab dilingkungan tempat tinggal saya merupakan masyarakat yang majemuk, ada suku melayu, jawa, madura, dayak, cina, banjar dan juga didominasi oleh  suku bugis.
Banyak pantang larang yang hingga kinipun masih juga di percaya oleh sebagian orang seperti kalau tidur harus menggunakan bantal, jika tidak cita-cita tidak tercapai. Kalau tidur tangan tidak boleh diletakkan kekening nanti banyak memikul hutang. Pantang anak gadis terlalu sering berkaca nanti seri/cahaya wajah akan hilang. Tak boleh tidok tiarap nanti mati emak bapak. Ketika orang dirumah lagi makan kita tidak boleh mandi, sebab katanya akan mendapatkan masalah beruntun, semisal ada yang sakit, ada yang meninggal. Kalau orang yang lagi tidur jangan dicoret wajahnya dikasi bedak dsb, sebab kalau orang lagi tidur rohnya sedang berjalan takut kalau roh tersebut tidak mengenali wajahnya sendiri.
Dulu ketika SD saya sering bekubang diparit, kadang langsung mandi tanpa mengganti baju dengan kain kembanan,  nah biasanya langsung ditegur sama kawan” jangan mandi pake baju nanti mati emak bapak”. Tak Boleh berfoto bertiga nanti ynag tengah meninggal duluan.
Pantang larang tersebut juga kadang tidak diikuti oleh alasannya, dan  sayapun juga enggan untuk bertanya kenapa, yah dulu cuma ikut  apa kata orang-orang  tua saja. Seperti misalnya tak boleh mengeluarkan uang dari lemari pada malam Jum’at., tak boleh menikah mengapit takbir ( antara lebaran idul fitri- idul adha).Tak boleh tidur bujur rumah.
Saat masih kecil, saya dan teman-teman tanpa sengaja menunjuk ke arah kuburan, maka kami menggigit jari telunjuk kami, tanpa tahu alasan kenapa itu tidak boleh, kadang ada juga teman yang bertanya kenapa namun karena kami juga sama-sama tidak tahu alasannya kami hanya diam, dan teman yang bertanya tadi juga ikut-ikutan gigit jari.
 Jika tadi adalah pantang larang,  saya juga sering mendengar kalimat lain, semisal jika saat ngobrol terdengar suara cicak yang berbunyi, maka yang lagi ngobrol akan mengatakan ”benar kata cicak” sambil mengetuk lantai tiga kali. Jika ada yang lagi membicarakan tentang penyakit, aib  dan hal negatif lainnya, maka biasanya mereka menggosokkan telapak tangannya pada  kedua lutut kaki dan mengucapkan ” Ih jauh kan bale jaklah”, hal ini supaya mereka tidak ditimpa  aib atau penyakit yang sama.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

apa perbedaan pantang larang dengan mitos. ????