Berhenti di Minat


 Club Menulis STAIN Pontianak memberikan kebebasan sepunuhnya bagi setiap anggota untuk berkarya.  Melatih mereka untuk  terus memacu potensi diri. Dengan dukungan berbagai pihak terutama Ketua STAIN Pontianak yang dibeberapa kali kesempatan memuji prestasi Club Menulis yang sudah banyak menghasilkan 74 buku dalam periode 2 tahun.
Menulis dan menjadikannya  menjadi sebuah buku adalah  investasi jangka panjang, sebuah nasehat yang selalu saya ingat dari Pembimbing Club Menulis STAIN Pontianak . Banyak orang yang hidupnya bermanfaat namun setelah ajal menjemput, kebermanfaatan dirirnya semasa hidup ikut terkubur. Padam.  Berbeda halnya dengan orang yang hidupnya bermanfaat dan menulis. Ia akan selalu dikenang meski ia telah tiada.
Tidak semua teman-teman Club Menulis punya bakat dalam menulis.Tapi  dengan latihan maka akan meningkatkan kemampuan menulis. Setiap pertemuan, tema yang dibicarakan  tetap pada satu tema yaitu menulis, terkadang kami membiarkan anggota baru untuk menuangkan idenya, mau nulis apa, dan bagaimana ide mereka. Dan kadang kala juga mengajak mereka berbagi pengalaman tentang menulis. Menulis memang bukan hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang sulit. Buktinya banyak orang yang hidup dari menulis, dan melahirkan karya tulis yang banyak.
Ingin punya karya, punya buku, pandai menulis, adalah salah satu alasan dari para anggota baru Club Menulis  STAIN Pontianak.  Namun seleksi alam menjadikan beberapa dari mereka lebih memilih mundur. Berbagai alasan yang disampaikan, sibuk, bentrok dengan kegiatan kuliah dsb. Salahkah ? Tidak, itu bukan merupakan kesalahan. Dalam hidup ada kalanya kita harus memilih ingin menjadikan hidup lebih bermanfaat atau hanya sebatas pada kemampuan.
Nursilan, Abdul Aziz, dan Nurul Hidayati. Mereka adalah bagian dari anggota baru itu. Bukan tak ingin menyebutkan yang lain, kebetulan mereka adalah satu kelompok dengan saya.  Saya yakin teman-teman dari kelompok lain juga memiliki semangat yang sama.
Sejak jadi anggota baru pada bulan September kemarin, saat ini mereka sudah mempunyai 7 karya dalam bentuk cerpen, narasi, dan pengalaman . Semangat mereka meulis begitu kuat. Mereka  juga kuliah, sama seperti yang lain semester satu, juga punya kegiatan lain. Tapi mereka mampu membagi waktu.  Menulis tetap diprioritaskan. Meluangkan waktu untuk menulis.
 Nursilan salah satu mahasiswa PBA ini juga mempunyai tanggung jawab di asrama tempat ia tinggal saat ini, tapi tak membuat semangatnya menulis terganggu. Bahkan ia juga mengajak teman-teman satu kelasnya untuk berkarya.  Kini ia berhasil masuk lima besar dalam sebuah kompetisi menulis.
Nurul Hidayati , salah satu mahasiswi KPI, Hobbi menulis cerpen membuatnya tertarik mengikuti Club Menulis.  Hal ini membuat saya kagum dengan karya-karyanya, yang syarat dengan nuansa Islami. Begitu halnya dengan Abdul Aziz. Meski tak memiliki fasilitas untuk mengetik, ia tetap rajin mengumpulkan karya. Setiap berkarya ia tulis di lembaran ketas, baru ia mengetik di laptop temannya. Mereka mengajari saya untuk terus merangkai kata. Mengabadikan kisah. Menanamkan setiap ide yang terpancar.
Lain lagi dengan Yanto, teman saya dalam membimbing mereka juga sudah berhasil menerbitkan satu buku. Pengalamannya ia abadikan dalam karya. Saat ini ia semakin semangat untuk terus berkarya. Yanto sudah berhasil menginspirasi banyak orang .
Seiring berjalannya waktu, para anggota baru ini merasakan beberapa kendala. Memang setiap pertemuan dilakukan adalah sebagai  sarana memangkitkan semangat sesama  anggota, berbagi pengalaman, serta saling memberikan masukkan. Kami memang menghindari untuk memberikan tanggapan negatif atas hasil karya.  Mengkritik dan dikritik hanya akan mengkerdilkan semangat . Kami semua masih dalam tahap belajar. Kami semua masih dalam proses menjadi seorang penulis dan Melatih diri untuk membiasakan diri menulis.
Beberapa hari yang lalu  saya diminta teman untuk berbagi pegalaman pada kelompoknya. Saya pikir ini juga sebagai motivasi untuk mereka. Paling tidak saya bisa berbagi sedikit manfaat yang sudah saya rasakan dengan menulis. Kemudian satu diantara mereka bertanya bagaimana menulis yang baik, dan mengembangkan ide tulisan.
Saya sendiri bingung menjawab pertanyaan ini.  Bagi saya setiap orang mempunyai pola pikir yang berbeda, gaya hidup yang beda, hobi dan cita-cita yang beragam. Yang menurut saya semua itu berpengaruh pada ciri khas dan gaya penulisan mereka.
Sebagai contoh Bagi saya agak  mudah mendapatkan inspirasi dimalam hari menjelang tidur. Hal ini karena saya lebih fokus pada suasana  yang tenang. Ide saya tulis di HP, besoknya baru dikembangkan . Kemudian  Saat saya menulispun tidak bisa diajak ngobrol, sebab akan menjadi tidak konsentrasi dan hasil tulisan dan apa yang didengar menjadi kacau.Jadi, dalam menulis  kita sendiri harus bisa mengenali diri kita. Lalu  saya balik bertanya pada teman-teman anggota baru tersebut. Beragam pula yang disampaikan.
  Menurut Sumama pada  malam hari  banyak inspirasi, apa yang ia pikirkan ia tulis. Pun sama halnya dengan Ridwan, ia akan terinspirasi dan beriImajiinasi saat berinteraksi dengan alam, dapat tanpa sengaja, menikmati apa yang ada disekelling. Menuangkan apa yang ada dipikiran.
Uniknya lagi Abdul, terkadang inspirasi muncul ketika ia membayangkan seseorang. Muslimin lebih mudah saat menuliskan judulnya terlebih dahulu, dan menuangkan pengalaman pribadi.  Nasuha juga demikian menulis dari pengalaman.
Untuk menjadi penulis yang baik, salah satu kuncinya adalah teruslah disiplin dalam menulis dan  banyak membaca karya orang lain itu yang saya pelajari dari pembimbing Club Menulis STAIN Pontianak. Ala bisa karena biasa. Sehingga kita bisa belajar dari setiap karya yang kita tulis. Tentunya harapan kita semakin sering menulis, semakin baik pula tulisan yang dihasilkan. Mari menjadikan hidup bermanfaat dengan menulis.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: