Rabu, sehabis pulang kuliah sekitar pukul setengah empat
sore, saya dan Maradaniah teman satu kampus, pulang ke jalan Komyos Sudarso.
Saat itu kami melewati jalan Merdeka, kemudian
masuk ke Jalan Camar, sampai di ujung Jalan Camar kami melihat banyak
orang dan aparat polisi. Kami pikir itu
adalah razia , sehingga aku yang tidak memakai helm, turun dari motor dan
berjalan di arah keramaian. Entah kenapa saya tidak merasa ada hal aneh,
lagipula saya pikir ini banyak polisi yang berjaga. Saya terus berjalan hingga
menajauh dari keramaian orang tadi. Lalu muncul dibenak saya, jangan-jangan itu
perkelahian, tapi saya bersyukur saya tidak kenapa-kenapa.
Esok harinya saya pergi ke Purnama tempat teman saya.
Sesampai disana saya dapat telpon mengenai ada kisruh di sejumlah tempat. Saya
juga tidak tahu pasti kisruh yang dimaksud. Kedua teman saya juga pada takut.
Apalagi kami mendapat telepon dan kabar dari teman-teman, keluarga mengenai apa yang terjadi di luar sana. Kami
semakin tahu, karena kami adalah perempuan semua. Kami mulai membayangkan hal
terburuk yang akan terjadi. Kami takut, kami bimbang. Bersyukur saya diberi
tahu abangku kalau di daerah Kota Baru aman. Toh kalau ada apa-apa saya
langsung mengajak kedua teman saya ke rumah abang saya.
Meskipun saat itu saya, Yulianti dan Suraji pada
ketakutan ,namun hanya Mira teman kami yang tenang-tenang saja. Ia berusaha
untuk meyakinkan kami untuk tidak takut dan berusaha untuk santai. Tapi itu tak
juga membuat kami tenang, HP kami berdering silih berganti, SMS-SMS
berdatangan, tentunya dengan topik kekhawatiran serta informasi yang terjadi. Orang
tua kami menanyakan perihal keadaan kami. Bahkan orang tua Suraji , menyuruhnya
pulang ke Mempawah khawatir terjadi sesuatu. Tapi jalanan ditutup sehingga
membuat Suraji harus menginap ditempat bibinya di Kota Baru. Demikian orang
tuaku, abangku serta Orang tua Yulianti, mereka berpesan agar kami tidak
jalan-jalan keluar rumah.
Sementara hati saya tetap tak karuan. Rasa Was-was menyelimuti
saya dan teman-teman. Yah mungkin dibenak
kami terlalu banyak ketakutan-ketakutan . Dan, mungkin bukan hanya kami
yang merasakan hal itu, bisa jadi diluar sana orang-orang juga pada merasakan
apa yang kami rasakan. Kami berharap semua
itu hanya isu, dan isu ini tidak diperbesar oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab yang hanya memecah belah masyarakat.
Menurut temannya teman saya yang bernama Syahbandi yang
datang berkunjung ke rumah teman saya. ia memberitahukan bahwa saat ia hendak ke kota baru ia melewati jalan Tanjung Raya.
Awalnya ia tidak tahu dan tidak menyangka kalau akan terjadi penutupan jalan,
dia juga tidak tahu apa yang terjadi.Katanya ia hanya tahu kalau kemarin ada spanduk
dibakar oleh orang, dan tidak tahu pasti spanduk apa yang dimaksud.. Ia juga melihat orang-orang yang membaca shalawat di area Tanjung Raya. Perasaannya sih biasa
saja, tapi jalanan macet, ia juga melihat beberapa orang yang membawa senjata tajam. Karena tol
ditutup, maka ia melewati jalan
Panglima Aim menuju tol kapuas 2. Tapi
nampaknya saat pergi tak seberuntung saat hendak pulang, sebab menurut kabar
hampir semua jalan ditutup. Jadi ia pun menginap dirumah temannya.
Tapi kami semakin tak karuan saat mendengar kalau
jalan-jalan ditutup, pusat-pusat perbelanjaan juga tutup lebih awal dari biasanya.
Sebab jalan-jalan tol dan sejumlah jalan-jalan utama untuk sementara ditutup.
Walhasil dari kejadian itu, kami semua hanya bisa pasrah dan berharap esok tidak
terjadi apa-apa.Meskipun banyak
infomasi yang simpang siur yang kami dapatkan dan beberapa diantaranya hanyalah
isu semata yang bisa memprovokasi masyarakat. Semoga daeah kita terinta ini
kembali kondusif, karena pada dasanya kita semua tak ingin berada dalam ketidak
teangan hidup. Kini saya berusaha meyakinkan diri bahwa dibalik semua ini ada
sebuah hikmah yang tersirat. Semoga!!!
0 komentar:
Posting Komentar