Puasa Lancar, ASI Aman

Bulan Ramadan menjadi bulan penuh berkah bagi umat Islam. Bulan berlimpah pahala dengan perbanyak ibadah. Itu pula yang membuat sejumlah ibu menyusui memilih tetap berpuasa demi menuai berkah. Agar produksi ASI tetap lancar dan aman saat puasa, maka Bunda sebaiknya tetap menjaga pola makan dengan baik. 
Ibu hamil dan menyusui memiliki kewajiban untuk tetap berpuasa selama bulan Ramadan. Namun, ada kelonggaran yang diberikan dalam Islam. Bisa memilih mengganti puasa di hari lain atau dengan membayar fidyah.  Terutama jika memaksakan puasa dapat membahayakan kondisi si ibu ataupun bayinya.
Jika tetap ingin berpuasa, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Tujuannya agar puasa lancar, tetapi anak tetap aman menyusui. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu konselor dari AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia ) Kalbar, Dian Rakhmawati. “Sebenarnya, ketika kondisi fisik ibu mampu, respon anak pun baik, maka tidak ada salahnya berpuasa,” papar dia.
Berbeda halnya, lanjut dia ketika ibu menyusui berpuasa, anak menunjukkan reaksi yang tidak biasa. Seperti anak sering rewel, badannya hangat, pada kondisi tertentu malah menjadi mencret. “Tetapi kasus seperti ini jarang, apalagi jika ibu memenuhi kecukupan nutrisi dalam tubuhnya,” tambahnya.
Bulan Ramadan kali ini, Dian juga memilih untuk berpuasa, meskipun dalam kondisi menyusui sang buah hati yang baru berusia tiga bulan. “Selama beberapa hari puasa ini, aman saja. Anak saya tidak rewel. Nyusunya lancar, juga ketika waktunya tidur dia tidur,” beritahunya. 
Selama berpuasa, pola menyusui si ibu harus sama dari hari biasanya. Bila hari-harinya ibu menyusui dua jam sekali, maka lakukan pola yang sama di bulan Ramadan ini. Terutama pada usia nol sampai enam bulan yang memang asupannya hanya ASI saja. “Berbeda ketika anak sudah mendapatkan makanan pendamping ASI, anak tak hanya mendapatkan asupan dari ASI saja, tetapi juga dari makanan pendamping tersebut. Apalagi jika anak sudah mengonsumsi makanan keluarga, maka lebih gampang lagi bagi si ibu,” papar dia.
Terpenting, bagaimana si ibu bisa meningkatkan kepercayaan diri ketika memutuskan tetap berpuasa. Sebab kata dia, 80 persen kesuksesan dalam menyusui itu dipengaruhi oleh kepercayaan ibu. 10 persennya teori, dan 10 persennya dukungan dari orang sekitar. “Kadang ibu juga terpengaruh dari orang sekitar. Belum lagi mitos yang berkembang, saat puasa ada yang bilang ASI basi, padahal tidak ada namanya ASI basi. Termasuk pula kadang ketika habis jalan jauh, ASI pertama dibuang dulu sebelum disusukan ke anak,” jelasnya yang mengatakan produksi ASI tidak bakal berkurang jika berpuasa, selama ibu tetap menyusui seperti biasa.  
Berbeda lanjutnya, pada ibu yang menyusui lewat botol. Pada kasus seperti ini, ASI bisa saja basi, terutama ketika kondisi padam lampu. “Saat berada di kulkas, kemudian padam lampu bisa mempengaruhi kualitas ASI. Apalagi memang ASI perah ini ada jamnya, tidak bisa tahan lama juga. Jadi ini yang harus diperhatikan,” ungkapnya.
Meskipun demikian, lanjutnya ASI perah juga bisa jadi solusi bagi ibu yang bekerja tetapi tetap ingin berpuasa. Tetap memperhatikan frekuensi memerah. Lakukan seperti hari biasanya. Jika semakin sering memerah, semakin banyak produksinya. “Intinya, selama belum ada keluhan dari anak, silahkan saja untuk tetap berpuasa. Sementara untuk menjaga kebersihan puting bisa dengan cara mengelap menggunakan air hangat. Cuci tangan sebelum memegang anak,”pungkasnya. **

------
Agar Produksi Asi Stabil

Asupan Gizi Seimbang
Asupan gizi ibu menyusui berpengaruh pada produksi ASI. Itu sebabnya, ketika ibu memutuskan untuk berpuasa, maka makanlah makanan dengan gizi seimbang. “ Saat puasa, ibu butuh banyak asupan untuk pengganti kalori. Pada hari biasa, ibu menyusui membutuhkan 700 kalori. 500 kalori berasal dari asupan yang dia makan, 200 dari lemak si Ibu. Makan makanan dengan gizi seimbang juga untuk mencukupi kebutuhan vitamin. Kadang ada pula ibu yang memperbanyak sayuran, itu silahkan saja. Apalagi jika itu bisa meningkatkan kepercayaan si ibu untuk berpuasa sambil menyusui,” ucap Konselor AIMI, Dian Rakhmawati.
Pola Makan tetap sama
Jika hari biasa ibu makan sebanyak tiga kali sehari, maka pada bulan Ramadan pun pola makannya tetap sama tiga kali sehari. “Hanya saja waktunya yang berubah. Bisa makan pada saat sahur, buka puasa, dan setelah tarawih. Terpenting karbohidrat, protein, dan lemak terpenuhi,” papar dia.
Konsumsi cairan yang cukup
Konsumsi air mineral tetap dibutuhkan, terutama untuk meningkatkan daya tahan saat berpuasa. “Bila hari biasa dua liter perhari, maka saat puasa tetap dua liter atau bahkan lebih. Ketika buka puasa, usahakan minum air hangat agar produksi ASI lancar,” ucapnya.
Minum vitamin
Menghindari kekurangan zat besi, ibu bisa mengonsumsi vitamin. Tentu saja yang sesuai dengan anjuran dokter.
Istirahat yang cukup
Saat berpuasa, usahakan tetap istirahat yang cukup. Apakah itu tidur siang, atau sekadar merilekskan badan dan pikiran. “Ini juga berpengaruh untuk melancarkan produksi ASI,” tandasnya.

Ilustrasi foto : Internet



Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: