Foto : Marsita |
Belum lama ini, Hj. Utin Hidayatul Ilmiah mendapatkan
penghargaan sebagai tokoh kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat. Penghargaan ini
diberikan karena ia merupakan salah satu pelestari sulam tekat dan pengrajin
dari Ketapang. Alasan inilah yang membuat For Her tertarik untuk mengulas
kiprah ibu berusia 67 tahun ini dalam mempertahankan salah satu kerajinan
tangan khas Ketapang ini.
Bu Konde, begitu Utin Hidayatul Ilmiah
akrab disapa di lingkungan tempat tinggalnya. Ia merupakan ibu dari 8 orang
anak. Sejak kecil, ia tumbuh dan besar di lingkungan Keraton Kerajaan Matan
Tanjung Pura yang terletak di Ketapang. Sebagai wanita keturunan kerajaan,
Hidayatul sudah terbiasa dengan tradisi dan kebudayaan yang ada disana.
Sulam tekat menjadi salah satu kerajinan
khas yang biasa dibuat oleh para wanita di lingkungan keraton. Sulam tekat pada
masa itu hanya boleh digunakan oleh keluarga keturunan keraton saja. Sulam
tekat dibuat dengan bentuk yang beragam. Ada sarung bantal, gorden juga untuk
baju. Biasanya dipesan ketika ada hajatan saja seperti pernikahan dan selamatan.
Sulam tekat merupakan kerajinan sulaman
yang seluruh proses pembuatannya menggunakan tangan. Hal ini pula yang
dilakukan oleh Hidayatullah semasa remajanya. Dia mengatakan, ia sering
membantu ibunya membuat sulam tekat. “Ini sudah turun temurun nenek ke mamak saya.
Mama saya termasuk orang yang terampil membuatnya. Ketika kecil, saat pulang
sekolah saya sering disuruh membantunya. Kadang disuruh menebok pola. Ini
dilakukan agar saya tidak berjalan,” kenang wanita kelahiran Desember 1947 ini.
Meski demikian, dia memang senang ketika
sang ibu menyuruhnya. Hingga akhirnya ia terbiasa dan mahir dalam membuat sulam.
“Dulu itu saya memang senang ikut serta kalau mamak saya sedang menyulam.
Hingga akhirnya saya bisa membuat motif dan menyulam,” ucap dia. Hidayatul sendiri
tidak bisa menentukan berapa lama proses belajar menyulam tekat ini.
Menurutnya, kemahiran dalam menyulam tekat terbentuk dengan sendirinya karena
terbiasa. “Dulu itu kalau orang keraton ada hajatan pernikahan anaknya, acara
selamatan, mereka pasti memesan ke mamak saya. Karena memang yang terampil
membuat sulam tekat ini adalah mamak saya,”
katanya.
Hidayatul cukup mahir sekali membuat sulam
tekat ini. Dari proses membuat motif, pemotongan hingga merajut benang emas
dilakukannya dengan rapi. “Kerapian inilah yang menjadi salah satu penilaian
dari penghargaan yang diberikan kepada saya. Selain itu mereka juga menganggap
sulam tekat ini juga unik,” ujarnya.
Mahir dalam menyulam tekat ini, memiliki
manfaat besar bagi dirinya. Ia mengaku, hasil dari sulamannya ini mampu
menunjang perekonomian keluarganya. “Kalau suami saya itu khan mencari nafkah
untuk kebutuhan sehari-hari, sedangkan untuk keperluan menyekolahkan anak
hingga kuliah itu berasal dari hasil menyulam ini,” ungkap dia.
Rambah Batik
Beberapa tahun yang lalu, Hidayatul
bersama anaknya mulai merambah ke dunia batik. Mereka membuka Rumah Batik
Pelangi yang memproduksi dan menjual batik khas Ketapang. “Untuk motifnya, saya6
yang membuat. Sedangkan pewarnaannya itu anak saya. Ini juga karena faktor usia
juga. Jadi saya mengerjakan yang saya mampu saja,” kata dia.
Saat ini, pengguna sulam tekat sudah
semakin meluas. Meski sebagian besar pemesan adalah keluarga keraton. “Saya
biasa buat tudung saji, sarung bantal, gorden, pelaminan baju dan banyak lagi
lainnya. Ada yang saya jual untuk dijadikan cendera mata khas Ketapang. Kisaran
harganya tergantung ukuran. Untuk satu set bantal harganya sekitar 750 ribu,”
terangnya.
Tak ingin sulam tekat ini tergerus zaman, Hidayatullah
pun berbagi ilmu dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Ia juga pernah
menjadi Pembina Dekranasda di wilayah tempat tinggalnya dengan melatih membuat
motif batik pelangi. “Mereka yang membantu saya menyulam ini cukup ramai.
Mereka semua saya ajari bagaimana memotif, merajut, menebok. Termasuk pula
kepada dua anak perempuan serta menantu saya,” pungkas Hidayatul yang berharap
anak cucunya tetap melestarikan sulam tekat ini. **
---
Oke///
Bagaimana proses pembuatan sulam tekat
ini?
Sulam tekat khan memiliki tahapan. Ada
tahapan membuat motif yakni melukis motif yang diinginkan secara manual diatas
kertas tebal. Kemudian motif tersebut dipotong, dipisahkan. Setelah membuat
motif, kita tebok lalu lekatkan pada kain dasar yang terbuat dari kain beludru.
Kain tersebut kita bentangkan ke pemidang kayu. Pemidang itu berukuran sesuai
dengan ukuran kain. Bahan penting untuk membuat sulam tekat ini ialah benang
emas sehingga dinamakan sulam tekat benang emas. Sebenarnya ada beberapa macam
sulam tekat, ada kelengkang juga. Tapi proses pembuatannya rumit.
Proses apa yang paling sulit dikerjakan?
Paling sulit dikerjakan itu proses
pembuatan motif dan merajut benang emasnya. Meski sudah saya ajari, banyak yang
tidak bisa membuat motif sendiri. Anak saya pun juga demikian. Untungnya
motif-motif yang saya buat ini, sudah di duplikatkan anak saya sehingga mereka
bisa menyontohnya. Ide membuat motif, datang dengan sendirinya. Motif yang
sudah dibuatnya pun cukup banyak. Tak heran bila dia pernah meraih juara dalam
lomba melukis motif.
Apa yang harus dimiliki seseorang saat
menyulam ?
Menyulam tekat ini membutuhkan waktu yang
tidak sebentar. Penyulam juga harus betah duduk lama-lama. Untuk ukuran kecil
berukuran satu meter membutuhkan waktu satu bulan. Makanya kalau ada orang yang
ingin memesan dalam jumlah banyak, misalnya membuat sarung bantal, maka
pesannya satu tahun sebelumnya. Kalau terlalu dekat, tidak saya terima.
Pembuatannya cukup sulit dan harus hati-hati. Kalau tidak, benangnya akan kusut
dan tidak bisa diperbaiki.
Perasaan Anda menerima penghargaan sebagai
pelestari kerajinan tekat?
Syukur Alhamdulillah ini merupakan bentuk
kepedulian pemerintah kepada saya. Meskipun saya tidak pernah mengira akan
mendapatkan semua ini.
Apakah sudah mempatenkan motif yang Anda
buat?
Ada rencana mematenkan motif yang saya
buat. Tapi motifnya ini khan banyak, sehingga menjadi kendala untuk
mematenkannya. Meskipun ada pengalaman saya, ada orang yang memoto karya saya,
katanya mau pesan. Tapi setelah saya tunggu tidak kunjung datang lagi. Eh tidak
lama saya menemukan motif yang saya buat itu sama persis di salah satu tempat
lain.
10 Februari 2015
0 komentar:
Posting Komentar