Memberi ASI (Lagi) ke Bayi
Relaktasi atau memberikan kembali ASI kepada anak yang
sempat terhenti, merupakan salah satu
cara yang baik agar anak kembali mendapatkan manfaat dari kelebihan ASI. Ini
juga menjadi cara yang tepat bagi bayi yang tidak cocok dengan susu formula.
Apalagi harganya yang kian meninggi, relaktasi bisa menjadi solusi.
Air
susu ibu (ASI) memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang seorang anak.
Kandungan berbagai zat gizi dalam ASI memang sangat dibutuhkan, bahkan tak ada
susu formula yang dapat menandinginya. Itulah sebabnya, ASI memiliki banyak
manfaat dan kelebihan jika dikonsumsi anak-anak, terutama dari baru lahir
hingga usia enam bulan.
Kendalanya, banyak anak-anak yang tidak mendapatkan ASI, dipengaruhi oleh berbagai alasan. Mulai dari ASI yang sedikit keluar, hingga tak ada niat kuat dari si ibu untuk menyusui. Padahal jika diupayakan, bayi tetap bisa mendapatkan ASI dengan lancar. Demikian yang disampaikan oleh Konselor ASI dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Kalbar, drg. Rizky Pontiviana Akbari kepada For Her.
Namun, beberapa kasus ada ibu yang sempat terhenti pemberian ASI kepada anaknya karena berbagai alasan. Diantaranya, ibu harus dirawat karena sakit, ibu sibuk bekerja, ASI mengering, atau ibu mengalami sakit yang sementara waktu dilarang memberikan pada bayinya, terutama ketika harus mengonsumsi obat yang dikhawatirkan berpengaruh pada bayi. “Bisa pula ibu si bayi meninggal, jadi ada keluarganya yang ingin menyusukannya. Bisa pula seorang ibu yang ingin menyusui anak angkatnya,” ungkap Kepala Divisi Advokasi AIMI ini.
Kasus tersebut, lanjut dia dikenal dengan istilah Relaktasi yakni anak-anak yang sempat terhenti untuk mendapat ASI, bisa mendapatkan ASI kembali. “Ini merupakan upaya seorang ibu untuk memberikan kembali asupan ASI kepada bayinya,” papar dia. Relaktasi membutuhkan proses yang tidak sama antara ibu yang satu dengan ibu lainnya. Itu sebabnya sang ibu harus memiliki usaha yang cukup agar bayinya mau menyusui kembali. “Kalau yang ASInya kering, atau kurang banyak produksinya maka bisa dilakukan beragam cara. Apalagi sebenarnya makin sering dihisap anak, semakin banyak ASI yang diproduksi,” kata dia.
Produksi ASI berkurang dipengaruhi oleh berbagai hal. Mulai dari asupan makanan, ibu yang kembali bekerja, dan lainnya. “Ketika ibu merasa air susunya itu sedikit, maka ini juga bisa mempengaruhi jumlah produksi ASInya. Demikian pula ketika dia sedang menyusui anaknya, tiba-tiba ada tetangga yang datang, terus mengatakan produksi ASInya sedikit ya, ketika si ibu langsung kepikiran hal tersebut, produksi ASInya pun langsung terblok dan berkurang,” ungkap dia.
Kendalanya, banyak anak-anak yang tidak mendapatkan ASI, dipengaruhi oleh berbagai alasan. Mulai dari ASI yang sedikit keluar, hingga tak ada niat kuat dari si ibu untuk menyusui. Padahal jika diupayakan, bayi tetap bisa mendapatkan ASI dengan lancar. Demikian yang disampaikan oleh Konselor ASI dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Kalbar, drg. Rizky Pontiviana Akbari kepada For Her.
Namun, beberapa kasus ada ibu yang sempat terhenti pemberian ASI kepada anaknya karena berbagai alasan. Diantaranya, ibu harus dirawat karena sakit, ibu sibuk bekerja, ASI mengering, atau ibu mengalami sakit yang sementara waktu dilarang memberikan pada bayinya, terutama ketika harus mengonsumsi obat yang dikhawatirkan berpengaruh pada bayi. “Bisa pula ibu si bayi meninggal, jadi ada keluarganya yang ingin menyusukannya. Bisa pula seorang ibu yang ingin menyusui anak angkatnya,” ungkap Kepala Divisi Advokasi AIMI ini.
Kasus tersebut, lanjut dia dikenal dengan istilah Relaktasi yakni anak-anak yang sempat terhenti untuk mendapat ASI, bisa mendapatkan ASI kembali. “Ini merupakan upaya seorang ibu untuk memberikan kembali asupan ASI kepada bayinya,” papar dia. Relaktasi membutuhkan proses yang tidak sama antara ibu yang satu dengan ibu lainnya. Itu sebabnya sang ibu harus memiliki usaha yang cukup agar bayinya mau menyusui kembali. “Kalau yang ASInya kering, atau kurang banyak produksinya maka bisa dilakukan beragam cara. Apalagi sebenarnya makin sering dihisap anak, semakin banyak ASI yang diproduksi,” kata dia.
Produksi ASI berkurang dipengaruhi oleh berbagai hal. Mulai dari asupan makanan, ibu yang kembali bekerja, dan lainnya. “Ketika ibu merasa air susunya itu sedikit, maka ini juga bisa mempengaruhi jumlah produksi ASInya. Demikian pula ketika dia sedang menyusui anaknya, tiba-tiba ada tetangga yang datang, terus mengatakan produksi ASInya sedikit ya, ketika si ibu langsung kepikiran hal tersebut, produksi ASInya pun langsung terblok dan berkurang,” ungkap dia.
Berbeda bila yang ingin menyusui itu ibu
angkat, atau keluarga lainnya karena berbagai alasan. Selain dibantu dengan
cara tertentu, juga memerlukan proses yang lebih lama dibanding mereka yang
merelaktasi bayinya karena produksi ASI berkurang. “Kalau kasusnya seperti ini
butuh waktu yang lebih ekstra. Sebab ada proses untuk mengeluarkan ASInya, dan
membiasakan si bayi untuk menghisapnya,” ucap dia.
Seorang ibu yang menyusui, sebaiknya cukup makan dan minum. Mulai meningkatkan konsumsi protein dan cairan ke dalam menu makan sehari-hari untuk membantu mempercepat tubuh dalam memproduksi ASI. “Ada obat yang dapat membantu produksi ASI semakin meningkat. Meskipun sebenarnya semua dikembalikan pada pemikiran ibu saja. Obat itu seperti sugesti saja yang membuat ibu lebih percaya diri untuk menyusui,” bebernya.
Selain itu, tingkatkan skin to skin contact dengan bayi. Tidurlah bersamanya, baik pada malam maupun siang hari. Dekaplah dan gendonglah sesering mungkin. “Minggu-minggu pertama masa relaktasi sedapat mungkin menghabiskan waktu 24 jam dalam sehari bersama bayi. Setiap dua jam sekali menyusui bayinya,” pungkas Ponti menyarankan. **
Menangis Tak
Berarti Lapar
PENGARUH dari
keluarga, tetangga, dan orang lain disekitar sering kali membuat orang tua
memberikan susu formula kepada anaknya. Padahal
sebenarnya ASI tersebut cukup memenuhi kebutuhan anak. Informasi yang
berkurang, membuat ini semakin berkembang. Apalagi jika melihat si bayi terus
menerus menangis, sementara ASI ibu dianggap kurang. “Tak selamanya anak
menangis itu karena dia lapar. Bisa karena
dia merasa suasana tidak nyaman, apalagi sebelumnya khan lama di perut ibunya,”
ucap Rizky Pontiviana Akbari.
Ketika diberikan susu formula kepada anak
saat dia menangis, memang membuatnya diam. Sebab didalam mulutnya ada dot susu
yang membuatnya tak lagi menangis. Sementara anak tidak dapat menolak, dan mau
tidak mau menghisap susu tersebut. “Apalagi
dotnya itu membuat anak lebih mudah menyusui, tidak ada usaha ketika dia
menghisap puting susu ibunya. Ini yang kemudian anak lebih memilih
susu formula dibanding ASI,” kata dokter gigi
di UPK Puskesmas Parit H. Husin 2 Pontianak ini.
Di zaman serba
canggih saat ini, lanjut dia ada berbagai sarana informasi yang bisa orang tua
peroleh, terutama berkaitan dengan ASI. “Konselor di AIMI juga sering
mendapatkan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah ASI. Jadi sering ibu tuh curhat, dan kami
berikan solusinya,” tutupnya sembari menyebut nomor contact person konselor AIMI yang bisa dihubungi
di nomor handphone 081250104646. (mrd)
11 Maret 2016
0 komentar:
Posting Komentar