Tetap semangat diusia senja


Saya merasa takjub saat kali pertama mengikuti perkuliahan yang diampu oleh seorang dosen senior, yang usianya mencapai tujuh puluh tahun lebih. Bukan karena usianya saja yang tua, melainkan cara berpikir dan ilmu serta semangatnya yang tinggi untuk tetap mengabdi dalam dunia pendidikan patut untuk diacung jempol.Beliau adalah Bapak Drs. H. Sudarto yang saya sapa Pak Darto.. Saat kali pertama perkuliahan beliau, beliau mengajarkan kami untuk berani mengutarakan pendapat.
“ Saya tidak ingin memberikan bahan-bahan bahasan kepada anda hanya mendasar kepada apa yang kami inginkan, akan tetapi berharap agar anda yang menentukan sendiri apa yang anda perlukan.” Ujarnya sebagai pengantar kuliah.
Hal ini menurutnya agar mahasiswa dapat memilih sendiri topik yang diinginkan, selain itu beliau juga tidak ingin memberikan terlalu banyak materi kepada mahasiswa, sebab baginya ibarat  ketika kita pergi kesebuah hajatan, kemudian kita mengambil semua lauk-pauk yang dihidangkan dengan beraneka jenis, piring menjadi penuh . Akhirnya, perut kita menjadi tidak karu-karuan,dan sakit.Beliau tidak ingin menjejali materi kepada mahasiswanya.Untuk itu beliau meminta mahasiswanya memilih beberapa materi yang ia tawarkan dan meminta mahasiswanya menuliskan materi apa yang mahasiswa tersebut inginkan.
“Jangan merasa pendapat saya dengan pendapat anda berbeda malah membuat anda menjadi takut” Terangnya.
Saya setuju untuk hal ini, kadang sebagai seorang mahasiswa kita hanya menurut dengan apa yang diajarkan oleh seorang dosen, tidak menutup kemungkinan banyak juga mahasiswa yang tidak berani untuk mengutarakan pendapatnya.
Kemudian beliau mengajarkan kepada mahasiswanya untuk mengubah pola berpikir, menurut beliau orang yang tidak mau berubah, jauh  lebih berbahaya dari orang yang berbuat kejahatan. Siapa yang ingin hidup, maka sesuaikanlah dengan perubahan , jika orang yang tidak mau berubah maka ia akan tersisih.
Beliau juga mencontohkan bahwa setiap waktu pekerjaan akan selalu berubah, dulu ketika orang memiliki mesin tik, dan membuka jasa pengetikan akan merasa bangga, namun mesin tik sekarang sudah jarang lagi dipakai. Contoh lainnya , sekarang ini kita menulis masih menggunakan spidol, boleh jadi beberapa tahun mendatang spidol menjadi barang yang tidak laku .Namun ada dua pekerjaan yang menurut beliau  tidak akan pernah berubah, yaitu guru dan tukang cukur.
“Secanggih apapun tekhnologi kita saat ini, dan orang bisa belajar dari mana saja, tapi jika menemukan ketidak pahaman tetap orang tersebut lari ke seorang guru. Kemudian seorang tukang cukur rambut, tidak ada orang yang bisa mencukur kepalanya sendiri” Katanya sambil tersenyum.
Selain itu meskipun sudah sepuh, Pak Darto tidak ingin menjadikan usianya sebagai alasan untuk mengajar secara ogah-ogahan. Saat mengajar ia tidak banyak duduk, baginya banyak duduk itu adalah pekerjaan pejabat..Menurut saya  ini adalah teguran besar buat para pendidik yang masih ogah-ogahan dalam melaksanakan tugasnya. Beliau juga tidak ingin meminta bantuan kepada mahasiswanya selagi ia mampu untuk mengerjakannya. Sebab pernah ada yang ingin membantunya untuk membagikan selebaran hand out untuk para mahasiswa, beliau lalu bertutur.”Saya yang melayani anda bukan anda yang melayani saya” Ujar bapak yang sering mengenakan kopiah putih ini.
Beliau juga prihatin dengan kondisi pendidikan saat ini, anak-anak lebih banyak dijejali dengan larangan dan cap negatif. Sehingga anak-anak menjadi tertutup dan jika selalu dilarang maka ia akan berontak. Untuk itulah setiap permasalah yang dihadapi oleh anak, mesti didudukkan permasalahan secara  rasional.
Seperti contoh seorang ayah yang memeriksa ada kesalahan dalam tugas matematika yang dikerjakan anaknya. Namun si anak mengatakan bahwa pekerjaannya betul , sebab itu yang diajarkan oleh Bu Guru.Padahal ayahnya adalah seorang pakar matematika.Jadi si anak menganggap kata Bu Gurulah yang paling benar.
Kemudian contoh lain adalah, sering kali ditoko, dijalanan, dan di kantor-kantor terdapat tulisan larangan. Dibeberapa kantor-kantor tertentu misalnya ditulis “ Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk” , berbeda halnya dinegara tetangga, mereka menggunakan kata yang berbeda untuk maksud yang sama yaitu “ Silahkan masuk bagi yang berkepentingan”.
“Pada dasarnya orang Indonesia itu tidak bodoh, tapi sering kali dibodoh-bodohi, seperti orang tua saat mengajari anaknya. Ketika si anak tidak mampu memahami apa yang diajarkan orang tuanya, maka beberapa orang tua dengan gampangnya memberikan cap kepada anak dasar bodoh, tidak pandai, dasar otak udang” katanya prihatin.
Beliau juga mendorong mahasiswa untuk menjadi seorang penulis .Baginya orang-orang yang menulis itu jejaknya panjang , sehingga kita tidak sulit menuangkan ide. Dengan menulis, ide akan keluar, dan jangan takut untuk dianggap aneh, jadikan hidup itu lebih berarti, sehingga kita tidak hanya mempunyai ilmu dan skill yang mantap tetapi juga memiliki wawasan yang luas. Karena yang menentukan hidup anda adalah anda sendiri.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: