Jurnal untuk Mahasiswa. ( 14-02-2012)


Malam itu sekitar pukul 22.00 Saya mendengar acara Kampung Halaman melalui chanal  RRI -Pro1. Acara tersebut mengangkat tema tentang menulis karya ilmiah, yang mengundang narasumber yaitu Bapak  Prof. Riza dan Bapak Fahmi seorang mahasiswa S3 yang menempuh studi di Amsterdam.
Yang menarik dari perbincangan ini adalah   mengulas tentang kebijakan  Dirjen DIKTI mengenai kewajiban mahasiswa menulis skripsi dan karya ilmiah sebagai syarat kelulusan, dan  karya ilmiah tersebut diterbitkan dalam jurnal, baik itu jurnal lokal kampus maupun jurnal lainnya.
Menurut Pak Fahmi, di Amsterdam para mahasiswa sudah terbiasa  untuk menulis 3-4 tulisan karya ilmiah yang berbentuk rangkuman dari materi-materi kuliah yang telah diberikan.
Saya terkejut mendengar hal tersebut, saya merasa tidak terbiasa untuk menulis apalagi dalam bentuk karya ilmiah dan disebuah jurnal pula. Yah Jurnal sebuah nama yang seharusnya bukan menjadi barang asing bagi seorang mahasiswa. Tapi tidak menutup kemungkinan masih banyak mahasiswa yang tidak tahu apa itu jurnal.
Selain itu, para narasumber juga mengungkapkan bahwa untuk menerapkan hal tersebut dikalangan perguruan tinggi , tentunya  diimbangi dengan jumlah jurnal yang ada. Sebab jurnal yang ada saat ini masih sangat sedikit, belum lagi banyaknya dosen yang masih minim dalam menulis terutama di  jurnal, serta  dikhawatirkan ada para calo-calo  yang membuatkan karya ilmiah orang lain
Saya jadi teringat dengan pertanyaan yang diajukan oleh Pak Khairul Fuad kepada saya, mengenai  sebuah tulisan saya. Seharusnya sebagai seorang penulis tulisan tersebut, tentunya saya dapat menjawab pertanyaan dari Pak Fuad dengan argumentasi saya. Tapi saya bingung dan memberikan sebuah jawaban yang mungkin bukan sebuah jawaban yang tepat. Apalagi pertanyaan tersebut dilontarkan didepan orang yang saya kutip ucapannya. Padahal seorang penulis dituntut untuk mampu mempertanggungjawabkan tentang apa yang mereka tulis.
Saya semakin sadar bahwa untuk menghasilkan sebuah karya melalui tulisan, kita tidak hanya sekedar menulis, tapi juga mesti tahu betul apa yang kita tulis, tujuan dari kita menulis, dan menjauh  dari yang namanya plagiat atau menjiplak karya orang lain.
Sebagai upaya mengatasi kekhawatiran tersebut, narasumber juga menyarankan hendaklah setiap perguruan tinggi mesti membiasakan menulis kepada mahasiswanya sehingga terciptanya sebuah lingkungan yang senang menulis. Dan, dalam mengatasi para calo, perlu peran serta dosen pembimbing untuk mengecek keaslian tulisan mahasiswanya. Kemudian sebuah jurnal mesti ada editor kemudian editor  memberikan tulisan tersebut kepada reviewer/ peninjau untuk mengecek dan memberi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui keaslian tulisan tersebut. Selanjutnya masyarakat juga bisa menilai keaslian tulisan tersebut  dengan mengecek secara langsung di jurnal, karena tiap jurnal mestilah dapat dicek secara online.
 Dari acara tersebut salah satu narasumber  berharap agar  budaya menulis dapat melekat dan hidup pada diri mahasiswa, bukan hanya menjadikannya sebagai suatu kewajiban dan menjadikannya suatu  beban. Yah mudah-mudahan hal ini juga memacu semangat kita untuk berlatih dan memulai serta membiasakan diri untuk menulis. Sehingga menulis bisa menjadi bagian dari rutinitas bukan karena sebuah keterpaksaan.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: