Wak sauk In memoriam
Wak Sauk tengah asyik duduk diteras rumahnya,saat itu sedang musim banjir, sesekali terlihat beberapa anak yang sedang bermain air, mereka berkejar-kejaran, mereka main siram-siraman, bahkan ada juga dari mereka yang masih belum bisa berenang, hal ini memaksa orang tuanya ikut juga bermain air, tampak kesenangan diraut wajah mereka.
Wak Sauk merasa lelah, ia kembali masuk ke dalam rumahnya, cuaca hari itu cukup mendung, mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Namun tak lama kemudian Wak Sauk melihat orang-orang pada berlarian, ia melihat ada yang menangis sambil berlari, sontak semua itu membuat Wak Sauk Kaget, ia bingung dan bertanya-tanya tentang apa yang telah terjadi dengan tetangganya itu.
“ Air besak, banjir hari ini kuat” teriak seorang dari ujung Gang
“ Ada ape bang” tanya Wak Sauk bingung
“Eh Wak Sauk, cepat kemaskan barang-barang kau, arus banjir ni kuat, tadak macam biasenya, mungkin rumah kite akan tenggelam” kabar orang tersebut
Benar saja, selang beberapa lama orang tersebut bicara, ruangan rumah Wak Sauk telah digenangi air, yang menjadi kekhawatirannya banjir semakin lama semakin tinggi, disana-sini, orang sibuk dengan keluarga dan menyelamatkan harta benda mereka masing masing.
Angin kencang yang dibarengi hujan tersebut membuat warga panik, ada yang berlari dari arah ujung gang melihat datangnya arus banjir yang cukup deras dari biasanya dan berteriak hati-hati “banjir-banjir arus kuat” ,ada pula yang membaca yasin, doa-doa, dan adapula yang menangis karenanya, ada yang mengumpulkan anak-anak mereka, adapula yang menghubungi sanak saudara bahkan adapula yang mengumandangkan adzan. Mereka takut jikalau banjir akan terjadi seperti yang mereka lihat melalui televise yang sering terjadi di luar pulau Kalimantan.
Hari itu hari terkalut yang Wak Sauk rasakan, ia tidak berdaya, ia bingung harus melakukan apa, kakinya seakan tak mampu untuk berjalan, sementara air semakin hari semakin meninggi, ia hanya bisa menyaksikanorang-orang menyelamatkan diri.
***
Wak Sauk melihat seseorang terkujur kaku,tak berdaya dibawah pohon, ia mencoba mendekati tubuh itu dan berusaha melihat siapa sosok tersebut walau sedikit ragu
“ Ya Allah,tubuh siape pula tu? Liat endak, liad endak liat endak, ai liat pula” gumam Wak Sauk sambil memainkan jarinya
“ ya Allah, Bismillah…( Wak sauk membalikkan tubuh mayat tersbut dan tiba-tiba)
“ eh laaaaaaaaaaaaaaariiiiiiiiiii!!!! Teriak Wak Sauk, Wak Sauk belum sempat melihat wajah tersebut, namun ketakutan lebih dahulu membuatnya ingin lari, namun apa daya, tangan mayat itu menghalanginya
“ ih,,, udah jadi mayat ni, suke nak ngerepotkan orang, ehh mau kau lepaskan ndak kaki aku, kalau tadak, tapi kalau tadaaaaaaaaa( lama Wak Sauk terdiam) bodohnye aku ndak ke ni orang udah mati, ape pula ku ajak ngomong,,,ehhh naseb-naseb, “
Namun disaat Wak sauk mencoba memegang tangan mayat dan melepaskannya kakinya dari cengkarman mayat tersebut, tiba-tiba dia tersentak dan terkejut.
“eeeeeee - ehhhhhh, Ngape pula mayat ni mirip benar dengan aku? Perasaan aku tak punye saudare kembar, kalaupon ade pasti gantengan aku lah pastinye,woi bangun woi, ngape muke kau mirip benar dengan aku, jawablah “ tapi Wak Sauk mencoba membangunkan Jasadnya, namun tetap saja tidak bisa. Yai iyalah kan udah meninggal.
Yach, Wak Sauk memang sudah pergi untuk selama-lamanya, Wak Sauk mati tenggelam karena tidak mampu melawan arus banjir yang begitu deras. Satu jam kemudian Tim Sar menemukan jasad Wak Sauk, ia ditemukan dengan kondisi badan yang sudah membengkak, namun bersyukur jasadnya masih bisa dikenali.
Sementara Ruh Wak Sauk masih berkentayangan, ia mencoba bertanya kepada relawan Tim Sar siapa orang yang meninggal tersebut, kenapa wajahnya mirip dengan dirinya, namun semuanya tetap sia-sia, tak ada satupun yang bisa mendengarnya,Wak Sauk telah berada didunia yang berbeda.
Wak Sauk mengikuti arah kemana jasad yang akan dibawanya, ( kemana-kemana kau bawa si mayat…teng—teng!! ) setibanya di tempat tersebut, ia melihat papan korban banjir , dan salah satunya ada nama Muhammad Saipul Ilham.
“ Aa,,,itu aku,,, jjaa….jjjaaa….di akkkk…kuuuu telah meningan,,,, meninggal.”
Wak Sauk telah menyadari bahwa dirinya telah meninggal, namun tiba-tiba ada yang menegurnya
“ Eh Wak Sauk, jangan kau pandang terus daftar name tu,kite emang udah meningan, jadi terima nasib jak lah” sapa seorang di sebelahnya
“Eehh,,,ngape pula kau bilang menningan, kite nih dah mati masak dibilang meningan agek”
“ Bukan meningan tapi meningan”
“Aaa kan meningan agek, maksud kau tu ape?
“ Ai kau ni Wak Sauk, dari idop sampai meninggal tak berenti kau nyakat si Jon ni, maksud diye tula meninggal”
Jon memang seorang yang berbicara sedikit kurang jelas, kalau orang-orang kampong menyebutnya si Jon Sengong. Dan hal ini membuat si Jon kerap kali jadi korban Wak Sauk, tapi kendati demikian ia tidak pernah marah
***
Penduduk korban banjir telah pulang kerumah masing masing, mereka memperbaiki keadaan rumah mereka yang rusak terkena banjir, dan ada pula yang masih terharu mengenang keluarga mereka yang menjadi korban banjir. Pun tak ketinggalan keluarga wak Sauk.
Sejak saat itu mereka memperbaiki pola hidup mereka, mereka tidak lagi membuang sampah sebarangan, mereka mulai menanam pohon disekitar pekarangan rumah dan memperhatikan lingkungan. Kini tingglalah Wak Sauk yang merasakan kerinduan dengan keluarganya, Wak Sauk rindu dengan canda tawa dengan keluarganya.
“ Naseb-naseb kau nak, ngape cepat benar kau tinggalkan kite” isak tangis menggenangi mata emak Wak Sauk,mengenang kematian Wak Sauk
“ Iyye ye Mak, padahal Abang tu udah janji Mak kalau die mau belikan kameg ni sepeda baru” tambah Imah adiknya”
“ Iye mah, kemaren pon Abang kau bilang mau belikan Emak gelang emas yang kayak Bu Halipah tu” sambung emak kepada Imah
“ Aiiiiiiiiiiiiiiii jadi emak me Imah ni nanges lantaran tak jadi kubelikan barang barang itu, jadi kalau aku udah belikan barang it terus aku meninggal, jangan-jangan tadak orang ni nanges, O Tuhan, ape salah Hamba ne, muke tetap ganteng, hati baek sangat, kalau soal duet aku tadak pelit walaupun peritongan siket lah,tapi ngape yang dikenang malah macam ini.”keluh Wak Sauk
”Emak dengan Imah masih saja menangis, bahkan ia selalu menyebut nama Wak sauk, dan Wak Sauk berusaha mendekati dan mengajak Emaknya bicara.
“ Mak ini Ipul mak, Imah ini Abang dek,”
Aneh binti Ajaib ( sipa pula ni, he), ternyata Emak bisa melihat Wak Sauk, sontak emak kaget dan mengusir Wak Sauk dari rumahnya
“ Eh Pul kau udah meninggal,kite udah berade didunia bede, cepat kau pegi, kalau kau tak pegi emak yang pegi”
“ Mang Emak nak pegi kemane?”
“ Suke-suke emaklah, yang penting emak tak mau lihat tampang jelek kau tu” emak mengusir Wak Sauk sambil mencipratkan air ke wajah Wak Sauk yang memaang sebelumnya telah dibacakan ayat Kursi
“ Wak Sauk merasa ketakutan, dan terus memanggil nama emaknye
“ Emak jangan,,emak-emak- emaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkk”
Namun air yang disiram emak semakin hari semakin banyak, hingga Wak Sauk merasakan tubuhnya basah.
“ Eh bangon udah sore, orang Bujang tidok seharian, tak malu ke tepekek kaong didengar orang, sambil membawa gayung yang airnya telah disiram ke muke Wak Sauk.
“Ha’ aku masih idop,adooooohhhhhhh sakettttt”seraya mencubit pipinya
”Ngape kau ni Pul, macam orang gile jak, cubet pipi sorang, ndake saket,Pul-Pul!
Emm ternyata Wak Sauk hanya mimpi. Ternyata cipratan air itu adalah siraman dari Ibunya, bukan lantaran mengusirnya . Tapi kemungkinan mimpi Wak sauk bisa saja terwujud, jika pembalakan liar, sampah yang banyak, serta sungai-sungai telah terkontaminasi limbah-limbah pabrik, dan alam ini sulit dikendalikan, tak ada yang tak mungkin, karena pada dasarnya semua itu ulah-ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.
Wak Sauk memperhatikan sekelilingnya,setiap rumah halaman begitu sempit, jangankan untuk menanam pohon, rasanya menanam bunga saja sudah tidak ada, belum lagi ada tetangganya yang membeton halaman rumah mereka, wajar saja kalau setiap tahun banjir selalu datang ditempat ini, apalagi dimusim penghujan semacam ini.
Wak Saukpun turun dari kursi, dan didapatinya air menggenang didalam rumahnya.
“ Auuuuuuuuu,,,,,,,,saket be Bang, bangon-bangon malah nyubet orang” keluh Imah
“He,,,,,Abang pikir Abang Mimpi kalau rumah kite kena banjir,” jawab Wak Sauk Santai
“Emm,,yelah tu,,,,ala Bang Imah lupa ,kalau tak salah baju abang yang ade dilemari di rak bawahnye kena banjir”Imah mengagetkan Wak Sauk sambil memegang keningnnya.
“Alamak,,,,matilah aku, mane tinggal ini celane aku,Imah-Imah nape tak kau naekan,”
“Aaa itulah kalau orang kerjaannye tidok jak, rase!” Emak memarahi Wak Sauk
“naseb-naseb” ungkap Wak Sauk.
0 komentar:
Posting Komentar