Penggunaan alat kontrasepsi menjadi
salah satu cara yang dilakukan oleh seseorang terutama para wanita agar tidak
hamil. Hanya saja, setiap alat kontrasepsi memiliki resiko kegagalan, terutama
pada pil dan suntik. Untuk meminimalisir kegagalan itu, pilihlah alat
kontrasepsi metode jangka panjang yang memang resikonya lebih kecil.
Penggunaan alat kontrasepi buat lagi hal tabu bagi pasangan yang sudah menikah. Alasannya pun cukup beragam. Ada yang sengaja menggunakan alat kontrasepsi agar menunda kehamilan. Ada pula yang ingin mengatur jarak kehamilan bahkan ada yang memanfaatkannya agar tidak lagi hamil.
Vasektomi merupakan prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria sehingga tidak terjadinya pembuahan. Sedangkan, tubektomi merupakan setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi.
Alasan memilih alat kontrasepsi ini, lanjut dia karena tingkat kegagalannya yang rendah. Misalnya dari seribu orang yang menggunakan hanya satu atau dua orang saja yang gagal. Sedangkan metode kontrasepsi jarak pendek seperti pil dan suntik , sangat rentan terhadap kegagalan. “ KB pil dan suntik juga bisa mempengaruhi hormon seksual wanita. Mereka yang menggunakan KB hormon ini, secara tidak sadar sebenarnya bisa menurunkan libido mereka. Gairah untuk bercinta berkurang,” paparnya
Jika ingin menunda atau mengatur jarak kelahiran bisa menggunakan implant atau IUD. Kalau metode MKJP ini, jika ingin tidak lagi menggunakannya bisa dengan mudah dilepas. Tergantung keinginan dari aseptor sendiri.
Dia menyontohkan, ada pasangan muda yang datang kepadanya. Kemudian ingin menunda kehamilaannya. Hal ini dilakukan karena sang suami bertugas jauh. “Setelah dua tahun ber-KB Implan kemudian pasangan ini memutuskan untuk membuka implannya karena sudah siap untuk memiliki anak. Dua bulan setelah membuka implannya, dia langsung hamil. Hal ini artinya, MKJP tidak mempengaruhi hormon seseorang. Saya tidak katakan ini sebagai penelitian tetapi berdasarkan pengalaman,” jelas dia.
Tetapi jika ingin memiliki anak lagi, sebaiknya gunakan tubektomi atau vasektomi. Menurut dia, penggunaan alat kontrasepsi vasektomi dan tubektomi ini juga bisa meningkatkan gairah seseorang dalam berhubungan seksual. “Pengalaman lain dari seorang ibu yang suaminya menggunakan vasektomi.Dia mengaku kalau sang suami sekarang lebih perkasa. Menurut saya hal ini juga karena ada pengaruh psikologisnya. Sehingga dia merasa lebih tenang dan tidak takut istrinya hamil,” beber dia.
Mengambil keputusan untuk memilih metode kontrasepsi merupakan hak sepenuhnya bagi pasangan suami istri. Rawa menyarankan untuk membicarakannya dengan pasangan masing-masing, dan yang terpenting ketahui informasi yang benar seputar jenis kontrasepsi yang akan dijalankan.
Dikatakan dia, seseorang yang menggunakan alat kontrasepsi namun tidak mengetahui informasi yang benar, inilah yang biasanya membuat kegagalan lalu terjadilah kehamilan. “ Selama ini khan, mereka datang ke tempat pelayanan KB kemudian tidak mendapatkan konseling. Setelah ber-KB pulang. Padahal akan lebih baik, ketika datang ke pelayanan KB, tenaga kesehatannya itu memberikan edukasi kepada mereka. Apa manfaat dari alat kontrasepsi yang dipilih. Bagaimana dampaknya. Sehingga masyarakat tidak sepenuhnya percaya dengan mitos-mitos yang berkembang,” pungkas dia.
---
Pengaruh Gagal Ber KB
Metode Kontrasepsi itu sendiri
Metode kontrasepsi seperti kontrasepsi mantap (kontap), implant, dan IUD tipe copper-T memiliki efektivitas sangat tinggi dan penggunaannya hampir bisa dipastikan sangat jarang menyebabkan kegagalan. Metode lain seperti pil dan suntik memiliki efektivitas yang tinggi tetapi masih mungkin terjadi kesalahan misalnya lupa minum pil atau terlambat mengulang suntik, menyebabkan metode ini memiliki kemungkinan gagal lebih besar.
Akseptor
Kalaupun memang ada implant yang keluar. Boleh jadi ini karena faktor dari akseptor itu sendiri. Luka belum sembuh, tetapi sudah melakukan aktivitas berlebihan. Makanya setelah memasang implant,akseptor disarankan untuk tidak terlalu beraktivitas berlebihan hingga tiga hari. “Ketika pemasangan implant terjadi perlukaan. Perlukaan inilah yang harus disembuhkan dulu. Setelah itu silahkan beraktivitas seperti biasa,” tukasnya.
Penggunaan alat kontrasepi buat lagi hal tabu bagi pasangan yang sudah menikah. Alasannya pun cukup beragam. Ada yang sengaja menggunakan alat kontrasepsi agar menunda kehamilan. Ada pula yang ingin mengatur jarak kehamilan bahkan ada yang memanfaatkannya agar tidak lagi hamil.
Perlu diketahui bahwa apapun kontrasepsi
yang Anda pilih, ada resiko terjadi kegagalan. Mengapa? karena banyak faktor
penyebabnya. Demikian yang disampaikan oleh
Bidan Rawasiyah, SST menjawab For Her. “ Faktornya bisa dari
metode kontrasepsi yang digunakan, akseptor atau pengguna KB itu sendiri, bisa
pula karena pengaruh dari pelayanan yang salah dari tenaga kesehatan yang
memasangkannya,” ulas bidan di Polindes Desa Arang Limbung,
Sungai Raya ini.
Untuk itu saran dia, meminimalisir
kegagalan saat menggunakan alat kontrasepsi, akseptor sebaiknya memilih metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP). “ Seperti menggunakan jenis
susuk atau implant, IUD. Bisa pula metode
operasi pria ( Vasektomi) atau metode operasi wanita (tubektomi),” ucap wanita
46 tahun ini. Vasektomi merupakan prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria sehingga tidak terjadinya pembuahan. Sedangkan, tubektomi merupakan setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi.
Alasan memilih alat kontrasepsi ini, lanjut dia karena tingkat kegagalannya yang rendah. Misalnya dari seribu orang yang menggunakan hanya satu atau dua orang saja yang gagal. Sedangkan metode kontrasepsi jarak pendek seperti pil dan suntik , sangat rentan terhadap kegagalan. “ KB pil dan suntik juga bisa mempengaruhi hormon seksual wanita. Mereka yang menggunakan KB hormon ini, secara tidak sadar sebenarnya bisa menurunkan libido mereka. Gairah untuk bercinta berkurang,” paparnya
Jika ingin menunda atau mengatur jarak kelahiran bisa menggunakan implant atau IUD. Kalau metode MKJP ini, jika ingin tidak lagi menggunakannya bisa dengan mudah dilepas. Tergantung keinginan dari aseptor sendiri.
Dia menyontohkan, ada pasangan muda yang datang kepadanya. Kemudian ingin menunda kehamilaannya. Hal ini dilakukan karena sang suami bertugas jauh. “Setelah dua tahun ber-KB Implan kemudian pasangan ini memutuskan untuk membuka implannya karena sudah siap untuk memiliki anak. Dua bulan setelah membuka implannya, dia langsung hamil. Hal ini artinya, MKJP tidak mempengaruhi hormon seseorang. Saya tidak katakan ini sebagai penelitian tetapi berdasarkan pengalaman,” jelas dia.
Tetapi jika ingin memiliki anak lagi, sebaiknya gunakan tubektomi atau vasektomi. Menurut dia, penggunaan alat kontrasepsi vasektomi dan tubektomi ini juga bisa meningkatkan gairah seseorang dalam berhubungan seksual. “Pengalaman lain dari seorang ibu yang suaminya menggunakan vasektomi.Dia mengaku kalau sang suami sekarang lebih perkasa. Menurut saya hal ini juga karena ada pengaruh psikologisnya. Sehingga dia merasa lebih tenang dan tidak takut istrinya hamil,” beber dia.
Mengambil keputusan untuk memilih metode kontrasepsi merupakan hak sepenuhnya bagi pasangan suami istri. Rawa menyarankan untuk membicarakannya dengan pasangan masing-masing, dan yang terpenting ketahui informasi yang benar seputar jenis kontrasepsi yang akan dijalankan.
Dikatakan dia, seseorang yang menggunakan alat kontrasepsi namun tidak mengetahui informasi yang benar, inilah yang biasanya membuat kegagalan lalu terjadilah kehamilan. “ Selama ini khan, mereka datang ke tempat pelayanan KB kemudian tidak mendapatkan konseling. Setelah ber-KB pulang. Padahal akan lebih baik, ketika datang ke pelayanan KB, tenaga kesehatannya itu memberikan edukasi kepada mereka. Apa manfaat dari alat kontrasepsi yang dipilih. Bagaimana dampaknya. Sehingga masyarakat tidak sepenuhnya percaya dengan mitos-mitos yang berkembang,” pungkas dia.
---
Pengaruh Gagal Ber KB
Metode Kontrasepsi itu sendiri
Metode kontrasepsi seperti kontrasepsi mantap (kontap), implant, dan IUD tipe copper-T memiliki efektivitas sangat tinggi dan penggunaannya hampir bisa dipastikan sangat jarang menyebabkan kegagalan. Metode lain seperti pil dan suntik memiliki efektivitas yang tinggi tetapi masih mungkin terjadi kesalahan misalnya lupa minum pil atau terlambat mengulang suntik, menyebabkan metode ini memiliki kemungkinan gagal lebih besar.
Akseptor
Akseptor yang cenderung mengalami gagal kontrasepsi adalah
akseptor yang menggunakan metode secara tidak konsisten dan tidak benar.
Seperti pada penggunaan pil atau KB suntik yang dibutuhkan ketelitian. “ Pil Kb
misalnya, bila satu hari saja tidak diminum, maka potensi untuk hamil itu akan
besar. Sebab sperma bisa hidup selama 36 jam, sementara pil KB hanya berfungsi
24 jam. Makanya masih kurang 12 jam, yang bila tidak diminum maka memungkinkan
untuk hamil. Untuk itu harus disiplin. Bahkan jika suami dalam sebulan hanya
seminggu saja dirumah, sebaiknya pil KB tetap diminum. Sebab satu keeping pil
KB memang untuk satu bulan. Bukan ketika ada suami dirumah baru diminum,” jelas
Rawasiyah.
Mitos
Akseptor memiliki karakter yang beragam. Ada yang memang mudah percaya
terhadap mitos-mitos yang berkembang.
Sehingga merasa kurang yakin lalu memutuskan menghentikan alat kontrasepsinya.
“ Misalnya saja mereka terpengaruh dengan anggapan bahwa menggunakan implant
bisa membuat implannya berjalan kemana-mana bahkan hingga kejantung. Padahal
jika pemasangan dilakukan dengan tepat, tentu itu tidak akan terjadi,” katanya.
Kalaupun memang ada implant yang keluar. Boleh jadi ini karena faktor dari akseptor itu sendiri. Luka belum sembuh, tetapi sudah melakukan aktivitas berlebihan. Makanya setelah memasang implant,akseptor disarankan untuk tidak terlalu beraktivitas berlebihan hingga tiga hari. “Ketika pemasangan implant terjadi perlukaan. Perlukaan inilah yang harus disembuhkan dulu. Setelah itu silahkan beraktivitas seperti biasa,” tukasnya.
0 komentar:
Posting Komentar