Kreasikan Kulit Kapuak di Sanggau

Galuh Yulianur  merupakan pengrajin dompet yang terbuat dari kulit kapuak. Karyanya itu berhasil merebut juara pertama dalam lomba kerajinan tangan tradisional yang memanfaatkan bahan-bahan dari alam. Lomba tersebut dimenangkan olehnya ketika mewakili PKK Kabupaten Sanggau pada Hari Kesatuan Gerak PKK ke 43, di halaman samping Kantor Bupati Kubu Raya, belum lama ini.

Foto : Marsita
Kegembiraan dirasakan oleh Galuh ketika diumumkan karyanya menjadi juara. Ia juga tidak menyangka, kali pertama ikut dalam lomba dan berprestasi.  “Saya sangat merasa gembira. Tidak menyangka, kali pertama dilombakan, bahkan ke tingkat provinsi bisa juara. Surprise sekali buat saya,” ucapnya.

Melakoni kreasi menggunakan kulit kapuak sudah dijalaninya sejak tahun 2013 lalu. Ini bermula dari saran istri Kapolres Sanggau yang saat ini sudah pindah ke Jakarta. “ Awalnya ibu Kapolres lama, Bu Dewi Samuel itu menyarankan saya untuk membuat kerajinan khas Kalimantan. Saya buatlah dompet dari kulit kapuak ini. Sebelumnya saya memang hobi untuk membuat kreasi seperti tutup toples, tempat tisu tapi menggunakan bahan dari kain saja,” beber ibu tiga anak ini.

Awalnya, tidak begitu sulit buat Galuh untuk membuat dompet dari bahan kapuak ini. Meski demikian ia tidak memilki pengalaman khusus dalam pembuatannya. Tidak pula belajar secara khusus. “ Semuanya otodidak. Saya hanya melihat referensi bentuk dan model dompet saja, untuk pembuatannya tidak begitu rumit. Hanya saja awal pembuatan tentu hasilnya belum maksimal,” jelasnya.

Dia menyadari saat ini, hasil karyanya belum maksimal, masih perlu pengembangan lagi agar hasilnya lebih baik lagi. Hal inilah yang membuatnya terus bersemangat. Terlebih mendapat dukungan dari banyak pihak, terutama pemerintah daerah. “ Awalnya bentuk dompet yang saya buat masih polos. Belum ada anyaman-anyamannya. Tapi setelah disarankan oleh ibu Bupati untuk membuat model anyaman, barulah saya mencobanya,” ujarnya.

Membuat dompet dengan bentuk anyaman juga dipelajarinya secara otodidak. Dia hanya melihat contoh dari tas ransel ibu Bupati. “ Awalnya cuma lihat contoh dari tas Bu Bupati. Cuma tidak dibuka, hanya lihat saja. Bentuk anyamannya itu khan kayak tikar, Cuma ada langkah-langkahnya. Tapi kalau di pelajari tidak begitu rumit. Awalnya ukurannya agak lebar-lebar. Setelah terbiasa saya buat ukuran setengah inci. Jadi dalam dua hari. Ngelemnya dulu juga belum rapi, tapi semakin kesini, saya semakin banyak dapat informasi ngelemnya menggunakan lem apa, dan caranya bagaimana,” ujarnya.

Kini produk handmade-nya ini sudah mulai menarik banyak peminat. Meskipun baru dalam jumlah yang sedikit. “Buatnya sih belum banyak, baru pemesanan dari ibu Bupati, pesanan dari teman. Sekarang sih dompet hasil karya saya baru sampai di Jakarta dan Bogor, kebetulan ada teman disana, dan ibu Kapolres yang lama itu juga pindah di Jakarta juga,” ucapnya.

Sisa dari bahan pembuatan dompet itu, dia kreasikan lagi untuk membuat bros kerudung dan bando anak. “Sisa-sisa bahan itu saya buatkan bando dan bros. Ini juga menarik teman-teman untuk membelinya. Sayang kalau dibuang,” ulasnya.

Ia pun biasanya menambahkan kain-kain di dompet buatannya. Jika pemesan ingin sesuaikan antara dompet dengan baju yang dikenakan. Sisa kain dari baju tersebut bisa digunakan untuk bahan dompet. “ Saya juga menambahkan aksesoris pada dompet tersebut. Agar tampilannya menjadi lebih menarik,” tutur dia.

 Modelnya juga ada yang dipegang, tetapi ada pula yang menggunakan tali kapuak yang dililit-lilit. “ Modelnya itu ada yang tutupnya lepas, ada yang nyambung. Jadi ada beberapa model. Untuk talinya saya menggunakan tali kapuak. Awalnya pembuatan tali ini belum rapi. Tapi setelah dapat saran dari teman, kalau tali itu sebaiknya dibasahkan lalu dilem, hasil talinya pun menjadi lebih rapi,” ucap dia.

Dalam proses pembuatannya, ia kadang dibantu oleh adik, anak dan keponakannya. “ Kalau sehari sih, karena kerjanya sambilan saya bisa mengerjakan satu buah dompet, tapi kadang ada pesanan puluhan bisa 20 buah, waktunya kadang hanya beberapa hari saja. Jadi saya ke rumah adik, minta Bantu dia, kadang juga dibantu keponakan,” Ujar dia yang juga senang mengajak ponakannya untuk membuat kreasi kerajinan tangan menggunakan kain.


Dia berharap, hasil karyanya ini terus mengalami peningkatan. Diminati banyak orang, memiliki galeri sendiri. “ Harapan saya tentunya karya saya bisa diterima di masyarakat lebih baik lagi. Banyak peminatnya,” pungkasnya. 

___
Tantangan awal
Tantangan awal itu membuat tas menjadi rapi dan menarik. Biar bagaimana pun agar karya diminati saya harus menjaga kualitas. Selain itu, juga membuat talinya yang lebih rumit. Tapi saya selalu terima masukkan dari banyak pihak, seperti cara membuat talinya. Bagaimana membuat warna kapuak menjadi putih. Jadi dari situ saya banyak belajar dan memperbaiki kualitas dompet saya. Saya juga menemukan kesulitan untuk pelubangan pada penutup tas. Masih belum rapi sebab saya masih lakukan secara manual menggunakan paku. Apalagi kulit kapuak ini khan mudah sobek juga. Jadi harus hati-hati.

Dukungan keluarga?
Suami dan anak-anak sangat mendukung sekali. Suami saya itu sering membantu terutama dalam membeli bahan-bahan. Ada banyak bahan yang harus dibeli di Pontianak. Jadi suami suka antarkan. Kalau anak, juag sangat mendukung. Anak pertama dan kedua saya itu kuliah. Kadang dia suka beri masukkan, misalnya menyarankan membuat tas laptop. Anak ketiga saya juga meraih juara dua O2SN se-Kapubaten Sanggau.

Cara bagi waktu?
Saya mengerjakannya secara sambilan. Ketika waktunya masak saya masak. Ketika saya harus menjemput anak saya sekolah, saya berhenti dulu. Kecuali kalau sudah dapat borongan banyak dengan waktu yang mepet, saya minta Bantu adik saya.

26 Mei 2015

Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: