Luqmanulhakim merupakan sosok da’i muda
kelahiran Pontianak, 31 tahun lalu. Ia sering tampil di berbagai kegiatan
keagamaan, baik itu di masjid, majelis taklim, maupun forum seminar untuk
memberikan tausiah. Kiprahnya semakin luas setelah meluncurkan bukunya yang
berjudul Mustahil Miskin.
For Her sempat menyaksikan secara langsung
bagaimana Luqman memberikan motivasi hidup kepada sejumlah peserta dalam
kegiatan pesantren Ramadan yang dilaksanakan di Pondok Modern Munzalan Ashabul
Yamin di Jalan Sei Raya Dalam. Saat itu, Luqman tengah menjelaskan tiga dimensi
Allah kepada sejumlah peserta. Ia mengajak mereka untuk senantiasa mengenal Allah
sebagai sang penguasa alam ini. “Ada beberapa hal dalam hidup yang sangat
penting. Beriman kepada Allah, membaca Al Quran, berbakti kepada orang tua dan
salat tepat waktu atau STW. Banyak jamaah yang mempraktekkannya dan merasakan
ketenangan,” terang dia.
Menjadi
dai bukanlah menjadi impian Luqman sejak kecil, namun dirinya percaya bahwa apa yang terjadi dalam dirinya sekarang
ini merupakan skenario terbaik dari Allah. “Saya kecil tinggal di Sungai Raya
Dalam. Layaknya anak kecil lainnya. Tempat saya main bola itu di samping RS.
Soedarso yang sekarang sudah dibangun masjid Asy Syifa,” ujarnya mengenang masa
lalu. Tamat sekolah menengah pertama, keinginannya sekolah di sekolah negeri pupus
seiring permintaan orang tuanya agar dia sekolah di pesantren. “Tamat SMP, mama
saya memaksa saya masuk ke pondok pesantren. Padahal saya sudah lulus di SMAN 3
Pontianak yang saat itu jadi sekolah favorit. Saya marah, kesal kenapa
dimasukkan ke ponpes,” ucap dia yang harus menimba ilmu di PonpesModern
Darussalam Gontor Ponorogo ini.
Di
Ponpes, banyak pengalaman yang diraihnya. Mulai dari pembelajaran tentang
pengorbanan, keikhlasan, kemandirian, perjuangan dan terutama pembelajaran
tentang beribadah. “Salatnya yang dulu belang-belang, begitu di ponpes sudah mulai
disiplin,” ungkapnya yang berada di Ponpes selama 10 tahun hingga menamatkan
pendidikan S1 Ekonomi di ISID Gontor tahun 2007.
Di
ponpes tersebut, Luqman juga mendapatkan skill lain, seperti menjadi pembawa
acara di berbagai kegiatan, berkecimpung di dunia radio, serta menjadi
pendidik. “Saya juga punya pengalaman menjadi MC kedatangan Presiden, Menteri
dan ngemsi Iwan Fals. Mendampingi dan mengantar mereka. Banyak pengalaman
bertemu orang besar,” tuturnya tanpa bermaksud menyombong.
Temukan Pendamping Hidup
Selesai kuliah S1, Luqman kembali
melanjutkan pendidikannya Namun tak lagi di Ponpes melainkan terbang ke negara
tetangga yakni di International Islamic University Malaysia. Disanalah ia
kembali menemukan pembelajaran hidup, termasuk keajaiban Allah. “ Disini saya
kenal dengan dunia, apalagi disini kehidupan super mewah. Dalam pikiran saya,
orang yang sukses itu punya rumah mewah dan mobil mewah,” terangnya.
Luqman
sebenarnya pernah bekerja di salah satu perusahaan mebel. Pendapatannya sangat
besar. Namun dia merasa batinnya bergejolak. Ia merasa bak robot yang pergi
pagi, pulang malam. Hingga akhirnya ia berhenti bekerja sehingga berpengaruh
besar terhadap kondisi finansialnya kala itu. “Berhenti bekerja di perusahaan
itu, saya mulai mencari pekerjaan lain. Dari
berdagang hingga menyebar brosur mengajar ngaji. Saat itu saya hanya
pada tahap membaca Al Quran, belum pada fase men-tadabburi-nya (menghayati,
red),” terang dia.
Saat
itu Luqman sudah memiliki seorang istri bernama Nurul Fitri. Dia memutuskan
untuk menikahi seorang wanita yang kini telah memberikan 4 orang anak itu
disaat dirinya masih harus menyelesaikan studi. Sebelumnya Luqman 3 kali patah
hati dari 3 wanita dengan berbagai cara penolakan. Tapi itulah kehendak Allah,
apa yang terbaik buat hambanya belum tentu dimata Allah, begitu juga
sebaliknya. “Saya bersyukur bisa mendapatkan pasangan hidup seperti dia. Saya
kenal dengannya ketika sama-sama kuliah di Kuala Lumpur. Kenal hanya satu bulan
lebih, tanpa melewati masa pacaran. Bahkan ibu saya baru kenal dia H-2
pernikahan kami,” terang dia.
Luqman
juga bercerita bagaimana keajaiban Allah banyak menolongnya ketika hendak
menikah. Apalagi saat memutuskan untuk menikah dia masih kuliah, pekerjaan pun
belum tetap. Meski menikah dengan cara sederhana, disaksikan tamu undangan yang
tak begitu banyak, tapi kini Luqman dan istri mampu hidup bahagia menjalani
bahtera rumah tangganya. Walaupun diakuinya beragam persoalan hidup tak mungkin
dihindari. “Keluarga bagi saya, Masya Allah. Saya beruntung berada di dimensi
punya waktu dan punya rezeki, sehingga saya masih bisa bermain dengan anak
saya, punya waktu buat keluarga. Sebab ada orang yang punya waktu tapi tak
punya rezeki. Punya rezeki tak punya waktu, bahkan tidak punya kedua-duanya,”
ulasnya.
Sebagai
orang tua, Luqman berusaha memberikan keteladan yang baik bagi anaknya. Menurutnya,
banyak orang tua yang ingin anaknya baik, tetapi tidak memberikan tauladan yang
baik. Maka kata dia, ketika ingin anak menjadi baik, orang tua harus berbuat
baik terlebih dulu. “Saya pribadi memposisikan anak-anak sebagai sahabat. Saya panggil mereka kakak
dan abang supaya lebih dekat, termasuk anak-anak. Saya belajar dari ibu saya
untuk berbicaralah sesuatu yang baik-baik saja, termasuk di depan anak. Lebih
lagi pastikan rezeki yang diberikan kepada anak adalah rezeki yang halal,”
pungkasnya. **
*Kembangkan Dakwah Lewat Buku
SELESAI menamatkan pendidikan S2-nya tahun
2012, Luqman kembali hijrah ke kampung halamannya, Kota Pontianak. Beragam
perjuangan hidup dilaluinya, mulai dari training hingga buka usaha warung kopi
dan bubur ayam. Namun usaha tersebut bangkrut dan menyisakan utang kepada
temannya.
Beruntung
pertolongan Allah kembali datang, sang pemilik uang mengikhlaskan uang tersebut
tanpa minta diganti. “Saya mengisi training motivasi, public speaking hingga
kemudian ada peserta yang meminta saya mengisi ceramah. Saat itu saya tidak
bilang kalau alumni Gontor. Dari situ mulai banyak permintaan dari ibu-ibu
pengajian dan lainnya,” terang dia.
Tahun
2013, Luqman bertemu dengan sejumlah teman-temannya yang aktif dalam dunia
dakwah. Pada Ramadan tahun lalu, bersama 2 temannya, ia mendirikan Pondok
Modern Munzalaan Ashabul Yamin (PMMAY) dengan berbagai program dakwah. Dia juga
rutin mengisi ceramah subuh yang diberi nama Forum Subuh Mencari Berkah (SMK) di Masjid Munzalan
Mubarakan dan bisa didengar lewat Madani Mujahidin TV setiap Sabtu.
Dari
dakwahnya itu, Luqman pun banyak mendapatkan pertanyaan dari sejumlah jemaah
yang hadir, baik secara langsung maupun via handphone. Umumnya pertanyaan
tersebut terkait dengan permasalahan yang mereka hadapi, terutama masalah
finansial. Itulah sebabnya, Luqman pun
merasa perlu mengembangkan media dakwahnya melalui sebuah buku yang ia beri
judul Mustahil Miskin. “Buku ini dilatarbelakangi banyaknya pertanyaan jamaah
yang jawabannya hampir sama. Munculah ide saya untuk membukukan jawabannya itu
berdasarkan dari pertanyaan jamaah itu. Jadi sekarang kalau ada yang mau curhat
misalnya, saya tanya dulu sudah baca buku mustahil miskin belum? Kalau belum, saya suruh mereka baca dulu. Alhamdulillah ada
yang tidak balik lagi ke saya. Saya harap dia mendapatkan solusi setelah
membaca buku itu,” terangnya.
Dalam
buku ini, Luqman menjelaskan bahwa Allah tidak memberikan orang kemiskinan
melainkan kecukupan sebagaimana dalam QS. An Najm ayat 48. Dia sendiri telah
membuktikannya dengan beragam nikmat Allah. Mulai dari pergi haji, 3 kali umrah
gratis, dikaruniai keluarga yang bahagia, punya kendaraan, rumah. Berkenalan
dengan orang-orang shaleh, saudara seiman.
Meski
saat ini dilimpahkan beragam kegiatan yang menyita waktunya, Luqman selalu
berdoa diberikan keluasan dan kelapangan dalam waktu, sehingga dia mampu
membagi waktu untuk keluarga, agama, dan dirinya sendiri. Ia berharap apa yang
dilakukannya ini menjadi catatan amal kelak dan bermanfaat bagi orang banyak.
Harapan lainnya dia juga bisa berkesempatan mengaplikasikan ilmu pengobatan
akupuntur yang dipelajarinya langsung dari China.
0 komentar:
Posting Komentar